"Silence is golden." Pepatah itu amat populer. Ada yang memakainya untuk sekedar bumbu bahan pembicaraan; ada juga yang sungguhan meresapi maknanya. Yang mana yang mau dipercaya? Tinggal pilih saja. Terserah Anda.
Banyak yang sepakat bahwa diam adalah jalan teraman menghadapi masalah. Lebih baik diam ketimbang mencari keributan (apalagi yang nggak perlu dan sebisa mungkin dihindari.) Kadang kita memilih diam untuk cari aman, kadang karena lelah dan muak. Kadang diam memang emas, kadang diam ibarat bom waktu yang suatu saat akan meledak.
Apakah diam tanda setuju? Hanya mereka yang tidak peka dan berego tinggi yang selalu mengartikan demikian. Contoh: tidak mengungkapkan keberatan saat ada kebijakan baru di lingkungan sekitar yang sebenarnya tidak sreg dengan Anda, namun Anda memilih bungkam karena entah merasa tidak enak hati atau takut usul ditolak.
Ada juga yang mengartikan diam sebagai keengganan. Banyak yang menganggap mereka pengecut karena enggan bersuara - minimal untuk mempertahankan pendapat atau membela kebenaran, atau sekedar harga diri (atau mungkin ego?) yang terkoyak oleh penolakan. (Buat yang merasa selalu berani berkoar-koar, bersyukurlah Anda nggak perlu merasa tersiksa seperti ini.) Bisa jadi mereka sudah mencoba bicara dan sadar bahwa itu percuma. Entah lawan bicara yang terlalu keras memaksakan kehendak atau menganggap 'sepi' opini mereka. Mungkin juga mereka lelah berdebat dan didebat. Sayang, tidak banyak yang cukup peka membaca ekspresi wajah maupun gelagat manusia 'pasif-agresif' yang satu ini. (Namun, kalo tahu, apakah Anda cukup peduli untuk mencoba menolong mereka - atau minimal nggak mengganggu mereka dulu untuk sementara waktu saat nggak sepaham dengan Anda, bukannya mencecar - bahkan ngotot agar mereka selalu mengerti Anda?)
Percuma mencecar mereka agar selalu mengikuti kemauan Anda, karena mereka akan semakin diam dan menarik diri. Apakah mereka lantas bodoh, keras kepala, dan kekanak-kanakan? Bagaimana bila Anda di posisi mereka? Sudikah Anda dianggap demikian, meski bukan begitu niatnya?
Ada juga yang memilih diam karena tidak peduli. Nggak berarti mereka egois. Mungkin mereka hanya menginginkan privasi, terutama bila tak semua orang di sekeliling mereka bisa mengerti. Nothing's personal. Ada kalanya mereka hanya ingin mengikuti suara hati, tanpa berniat memusingkan siapa-siapa. Kalo sampai ada yang pusing, maaf-maaf saja. Tak selamanya kita selalu bisa menyenangkan semua orang.
Jadi, yang mana jenis diam Anda?
R.
(Jakarta, 20 Maret 2013)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar