Minggu, 17 Agustus 2014

"MALAM INI..."

Malam ini,
aku hanya ingin sendiri
- seperti malam-malam sebelumnya
dimana aku sudah (terlalu?) terbiasa.

Kata mereka,
ini berbahaya.
Lalu kenapa?
Memangnya aku tak boleh bebas merdeka?

Aku hanya ingin bebas dari sedih,
lepas dari perih.
Mengapa patah hati harus disesali?
Patah hati tak berarti mati!

Maka itu,
Tuhan, mohon bunuhlah rasa ini.
Jika dia memang bukan untukku,
jika kami memang terlalu berbeda untuk bersatu,
rasa ini tak ada gunanya lagi!

R.
(Jakarta, 15 Agustus 2014)

Jumat, 15 Agustus 2014

"REALITA KITA"

Ini realita kita.
Kau masih terluka.
Aku tahu kau butuh waktu lama.
Entah kapan kau akan pulih segera.

Ini realita kita.
Di hati ini ada cinta.
Sayang, cinta tak selalu penjamin segala,
karena cinta belum tentu artinya bisa bersama.

Ini (masih) realita kita.
Ah, akankah bisa berbeda?
Kita hanya dua jiwa kesepian yang mengembara
berusaha mengobati luka dengan gila kerja.

Ah, realita.
Akankah ada jalan untuk kita?
Akankah jalan kita malah berbeda?

R.
(Jakarta, 11 Agustus 2014)

Kamis, 14 Agustus 2014

"SETELAH PENGAKUAN"

Pengakuan sudah kukirimkan.
Sudahkah kau membacanya?
Diam-diam aku blingsatan,
terlalu takut bertanya.

Ada sesuatu dalam senyummu
misterius, membuat lidahku kelu.
Aku ingin tahu,
meski benak diliputi ragu.

Mungkin kita baik-baik saja.
Mungkin tak ada yang perlu kutakutkan.
Mungkin tidak ada apa-apa
dan kita memang ditakdirkan untuk hanya berteman.

Haruskah aku berduka?
Mungkin tidak juga.
Mungkin aku hanya lagi-lagi harus belajar merelakan,
meski pedih hati ini kehilangan...
R.
(Jakarta, 6 Agustus 2014)

Minggu, 10 Agustus 2014

"PELIPUR LARA"

Sejauh yang kuingat, ini sudah menjadi kebiasaanku sejak kecil. Sejak aku mengenal istilah bernama ‘jajanan’ saat istirahat sekolah. Menu itu menjadi salah satu jajanan favoritku sepanjang masa. Tak perlu repot-repot menakut-nakutiku dengan kemungkinan jadi gendut. Hellooo, posturku juga memang sudah besar begini dari dulu...gen warisan almarhum ayahku! Mau ngajak ribut?

Perkara radang tenggorokan dan pilek, yang selalu dapat menginfeksi pita suaraku – yang dapat mengakibatkan aku tidak bisa menyanyi dengan baik dan benar? (Alias tidak fals.) Hmm, benar juga, sih. Karena itulah aku tidak pernah mengkonsumsinya setidaknya seminggu sebelum audisi atau manggung – entah dimana. (Yang terakhir sudah jarang sekali kulakukan.)

Ini gara-gara radang tenggorokan, yang membuat audisi lomba karaoke Minggu siang itu gagal total! Padahal aku sudah menjauhi benda itu. Gara-gara sebelumnya kecapekan kerja, sih! Jadilah aku malu-maluin di depan panggung.

Berhubung sudah jelas-jelas kalah, hanya benda itu yang bisa menghiburku. Kubeli di gerai food court terdekat, lalu kubawa duduk sambil menikmati penampilan para semi finalis di hadapanku. (Hiks!) Hans, teman sesama kontestan yang rajin ke gym hanya memandangku iba.

“Untuk setiap kekalahan dan patah hati,” ucapku dengan mulut penuh es krim. Cowok itu geleng-geleng geli.

“Say, itu bukan solusi.”


“Memang,” ucapku lagi, masih cuek. Hmm... “Tapi ini buat menghibur diri.”

Minggu, 03 Agustus 2014

"KIAT KEMBALI SEMANGAT BEKERJA SETELAH LIBURAN LEBARAN"

1.Pikirkan uangnya. (Terutama bagi yang habis mudik dan bagi-bagi THR.)
2.Pikirkan target yang sebelumnya tidak tercapai. Ini saatnya! Syukur-syukur dapat promosi atau kenaikan gaji yang cukup tinggi. (Aamiin!)
3.Pikirkan senangnya kembali bertemu rekan-rekan kerja - kurang-lebih sama seperti senangnya kembali bertemu teman-teman sekelas setelah liburan sekolah dulu. (Terutama bila ada seseorang yang mungkin tengah diam-diam kalian rindukan di sana, hehe.)
4.Masih belum puas liburan? Selamat merencanakan cuti berikutnya - asal strategis, alias tidak terlalu dekat dengan liburan yang kemarin, hehe.
R.

"SEBUAH PENGAKUAN"

Ada yang ingin kukatakan.
Mungkin bukan sesuatu yang biasa.
Kurasa kau belum pernah mendengarnya,
karena selama ini kita (hanya) berteman.

Ada yang harus kukatakan.
Kau belum pernah mendengarnya,
karena ini sesuatu yang berbeda.
Akankah kau menganggapnya kejutan?

Ada yang akan kukatakan.
Siapkah mendengar sesuatu yang berbeda?
Ini akan mengubah segalanya.
Siapkah kau menerima kenyataan?

"Sepertinya aku telah jatuh cinta.
Ya, kamu orangnya."

R.
(Jakarta, 1 Agustus 2014)