Seorang teman yang sangat suka menggambar dan berprofesi sebagai desainer grafis pernah mengeluh gini di status FB-nya:
"Need more time to DRAW!!!"
Iseng-iseng saya kasih komentar di bawahnya:
"Need more time to WRITE!!!"
Jawaban dia?
"Hehe, senasib kita!"
Sekian.
Jujur, saya hanya merindukan saat-saat saya masih cukup punya waktu santai untuk menulis. Pokoknya, sebisa mungkin tiap hari diluangkan untuk menulis. Saya juga maunya menulis karena ingin dan butuh, bukan karena harus. (Makanya dulu saya bisa menulis cerita fiksi hingga berlembar-lembar dalam waktu singkat, sementara untuk esai atau 'tulisan serius' lainnya saya butuh waktu lama.)
Banyak alasan kenapa saya lebih suka menulis ketimbang bicara langsung. Pertama, saya mudah dikuasai emosi - hingga yang ingin saya sampaikan jadi bubar jalan. Daripada jadinya meledak-ledak nggak karuan, mendingan saya menulis.
Tentu saja, tak semua hasil karya saya saat marah-marah patut diperlihatkan ke semua orang. Ada yang bilang, saya cenderung diam saat marah. Bacalah tulisan saya saat marah-marah - dan orang paling galak dan menyebalkan pun bisa menangis karena sakit hati. Sebaiknya jangan, deh!
Kedua, saya ingin bercerita secara kronologis. Kadang saat panik atau terbawa emosi, cerita yang ingin kita sampaikan lewat lisan suka jadi nggak urut - atau malah bubar jalan di tempat. Saat menulis, kita punya lebih banyak waktu untuk berpikir. Kita jadi lebih santai, sekaligus berhati-hati mengatur kata-kata yang mau dipakai. Biar yang mau disampaikan lebih jelas, tanpa harus menyakiti orang lain.
Ketiga, saya memang doyan mengkhayal dan butuh pelarian. Kadang dunia nyata bisa sangat monoton. Membosankan.
Keempat, saya ingin menantang diri sendiri. Apa hubungannya? Practice makes perfect. Semakin rajin menulis, semakin terasah kemampuan kita bercerita.
Makanya, sebisa mungkin saya sering coba-coba kirim hasil tulisan saya ke beragam media cetak dan online. Kadang dimuat, kadang ditolak. Sama halnya dengan ikut lomba-lomba menulis yang rajin saya cari. Kadang menang,kadang kalah. Sudah biasa. No big deal.
Selain mendapatkan imbalan saat hasil karya dimuat atau menang lomba, saya cuma punya dua harapan lagi: menjaring lebih banyak pembaca dan berharap mereka tidak merasa sia-sia atau buang-buang waktu saat membaca tulisan saya.
Dulu saya pernah punya blog lama yang isinya tulisan berbahasa Indonesia. Sempat terabaikan karena sibuk, saya lupa password-nya saat mau ikut #CHICBlogContest.
Akhirnya, saya pasrah dan mulai bikin yang baru lagi.Ya, itulah alasan di balik kehadiran blog ini.
Meski tidak menang, saya enggan berputus-asa. Justru, berkat kontes dari CHIC, semangat menulis saya kembali dan makin menggebu. Terima kasih!
R.
(Jakarta, 8 April 2013)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar