Memang, tak ada manusia sempurna. Lagi-lagi jargon itu jadi andalan saat berdebat atau alasan untuk membela diri. Semua punya kekurangan masing-masing.
Termasuk si tukang mengeluh.
Kabar baiknya: mengeluh itu (masih dianggap) wajar. Manusiawi. Mengeluh adalah ekspresi ketidakpuasan terhadap sesuatu dan keinginan agar adanya perbaikan berarti terhadap sesuatu yang diributkan. Istilah lainnya: kritikan.
Kabar buruknya: banyak yang berhenti hanya pada tahap mengeluh, alias tidak melakukan sesuatu yang berarti untuk mengubah hal yang dikeluhkan. Jadinya masalah terasa dua kali lebih 'berat' dari sebenarnya. Kalau pun melakukan sesuatu, biasanya sekedar curhat sama orang lain atau 'cuap-cuap' di media sosial, seperti Facebook dan Twitter. (Seorang teman yang pernah mempelajari Ilmu Komputer bahkan pernah membandingkan kegiatan yang disebut terakhir barusan dengan berteriak-teriak mencari perhatian di tempat umum dan merengek tentang betapa malangnya hidup kita.)
Oke, mengeluh memang hak asasi manusia. Curhat pun bisa berfungsi positif, yaitu sebagai pelepasan emosi. Tak ada yang melarang.
Lalu, apa jadinya bila kita kecanduan mengeluh? Bisa jadi ada masalah klinis yang harus ditangani secara medis oleh ahlinya. (Bisa psikolog, psikiater, atau keduanya.) Kadang rasa sayang atau kedekatan emosional tidak lantas membuat seseorang jadi penyabar selalu. Kadang kita butuh pendapat obyektif seorang profesional.
Inilah tanda-tanda gejala 'kecanduan mengeluh':
1.Tak ada semangat untuk hidup tiap bangun pagi. (Yang ekstrim sampai ngomong:"Untuk apa saya masih hidup?")
2.Kurang atau sering lupa bersyukur, karena merasa hal-hal indah di sekitarnya masih terlalu kecil untuk membuatnya bahagia.
3.Lupa kapan terakhir kali tersenyum dengan tulus.
4.Tidak semangat ke sekolah, kampus, hingga kantor. Pokoknya, galau tingkat dewa! Karena kehilangan gairah hidup dan semangat juang, banyak yang sering membolos hingga akhirnya di-DO atau dipecat. Pokoknya, semua di mata mereka salah! Yang ekstrim, ada yang memilih mengurung diri di rumah dan enggan melakukan apa-apa.
5.Wajah jadi makin tidak menarik karena selalu tampak muram. Yang ekstrim sampai berhenti merawat diri.
6.Sering tidak sadar suka mengulang-ulang curhatan (keluhan) yang sama. Bahkan, kesalahan orang lain yang sudah lalu masih rajin diungkit-ungkit, terutama bila yang bersangkutan kembali melakukan kesalahan (mau sama atau beda).
7.Status Facebook dan Twitter penuh dengan keluhan, keluhan, dan sekali lagi...KELUHAN! (Bahkan, yang ekstrim sampai update di atas tiga kali sehari - lagi-lagi hanya untuk mengeluh...apalagi untuk hal yang sama.) Jangankan menghibur atau sekedar mengomentari, orang mungkin sudah malas membacanya. Apa iya, Anda memang selalu dirundung nestapa? (Jangan kecewa bila bos batal memberi promosi - atau HRD perusahaan incaran batal menerima lamaran kerja si tukang mengeluh. Pasti mereka ikut membaca atau cari tahu lewat referensi pihak kedua, ketiga, dan seterusnya kalau mereka memang serius mencari kualitas karakter calon staf.)
8.Cenderung defensif (alias super sensitif) saat ditegur dan dinasihati baik-baik. Pokoknya hanya mau dipahami, enggan berusaha memahami.
9.Hobi meratapi masa lalu. Bahkan saat masalahnya sudah lama selesai, si tukang mengeluh masih saja membuang waktu dan tenaga dengan berandai-andai. ("Ah, andai dia dulu mau mendengar kata-kata saya...")
10.Pendengar lelah. Semua solusi yang sudah mereka tawarkan tidak mampu menghentikan curhatan (keluhan) yang berulang. Yang lebih parah, ditolak mentah-mentah. (Lho, jadi maunya apa?)
11.Jika masih lajang, Anda akan dijauhi calon kekasih potensial. Maaf, lupakan jargon "mencintai apa adanya" ala cerita dongeng. Anda tidak adil bila menuntut mereka terlalu banyak dan berat, bahkan sebelum hubungan tercipta. Mereka juga berhak memilih. Mereka butuh orang yang bahagia dan berpikir positif, bukan yang malah bikin tambah stres!
12.Jika sudah berpasangan, si dia pasti tengah muak dengan 'aura negatif'' Anda. Anda enggan berusaha untuk berubah - atau malah tidak sadar-sadar juga? Siap-siap saja ditinggal.
13.Satu-persatu teman menjauh. Jangan dulu menuduh mereka tidak pengertian, egois, dan tidak setia kawan. Ingat, mereka cuma manusia biasa dan pastinya sudah berusaha keras memahami Anda. Bahkan psikiater profesional pun bisa kelelahan!
14.Keluarga sudah menyerah berusaha berbicara baik-baik dengan Anda. (Bahkan ada yang menyarankan Anda agar menemui psikolog, psikiater, atau keduanya.)
15.Anda tengah membaca daftar ini dan langsung merasa tersinggung, karena mengira saya 'menyerang' Anda. (Jangan salah, ini peringatan buat saya juga!)
Jika banyak dari daftar di atas yang sesuai dengan diri Anda, waspadalah. Sadar diri - atau cari bantuan ahlinya sebelum terlambat! Banyak-banyak berdoa dan bersyukur, bahkan untuk hal sekecil apa pun.
Akhir kata, semoga tulisan ini bermanfaat.
R.
(Jakarta, 10 Mei 2013)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar