Masih seputar tukang mengeluh. Kali ini mereka yang tak sengaja ikut kena 'imbas' si tukang mengeluh yang kronis.
Kita sudah berusaha keras untuk tetap berpikir positif dan lebih banyak bersyukur. Sebisa mungkin nggak (ikutan) mengeluh.
Sayang, kadang lingkungan suka tidak ikut mendukung. Ibarat warga ibukota yang merindukan udara segar, tukang mengeluh ibarat asap knalpot atau polusi lainnya yang sulit - bahkan nyaris mustahil - untuk dihindari. Lama-lama bisa merusak paru-paru, alias bikin sesak! (Baca = muak!) Karena itu, akhirnya kita terpaksa harus bersinggungan dengan mereka setiap hari. Tanpa sadar, lama-lama kita ikut 'tertular' virus negatif aura si tukang mengeluh.
Tanda-tandanya:
1.Semangat bangun pagi lenyap saat ingat harus bertemu mereka.
2.Berusaha menghindari mereka mati-matian, hingga akhirnya malah stres sendiri.
3.Berusaha memberitahu si tukang mengeluh kronis bahwa kebiasaannya bikin sekitar (terutama kita) tidak nyaman, dengan resiko berujung pertengkaran dan permusuhan.
4.Gagal memberitahu mereka dengan baik, buntutnya Anda malah ngomel-ngomel nggak jelas di status Facebook / Twitter Anda. (Lha, jadinya sama saja, kan?) Dengan kata lain, buntutnya Anda malah join the club - alias menambah populasi tukang mengeluh kronis di dunia!
5.Masih berhubungan dengan nomor 4, jika Anda penulis - Anda rela mengambil resiko dicap orang brengsek karena berani menulis tentang mereka di blog. (Maklum, Anda juga sudah lama sangat lelah. Memangnya hanya mereka yang boleh mengeluh?)
6.Jika serumah dengan mereka, Anda jadi malas pulang. Kalau bisa tunggu hingga mereka tidur atau pergi.
7.Jika Anda sekantor dengan mereka, Anda rajin menyibukkan diri dan bicara seperlunya dengan mereka. Kalau mereka sedang 'cuap-cuap' dekat Anda, earphone HP atau laptop selalu terpasang di kuping Anda. Lebih baik Anda mendengarkan yang, seperti lagu-lagu Adam Lambert yang penuh semangat positif, misalnya.
8.Anda sangat butuh liburan...sendirian! Kalau perlu menjauh dari semua orang untuk sementara.
9.Anda jadi sangat bersyukur Anda bukan psikolog, psikiater,gubernur,atau presiden yang tidak pernah sepi dari keluhan sejuta umat!
R.
(Jakarta,17 Mei 2013)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar