Selasa, 22 Oktober 2013

“NIKMATI: MASA LAJANG MINIM STRES!”

1.Banyak berdoa dan beribadah.

2.Jika Anda (kembali) melajang akibat kandasnya hubungan terakhir, ingat-ingatlah alasan hubungan itu berakhir. Jika tidak mungkin untuk kembali, jangan memaksakan diri. Jangan menyakiti diri sendiri dengan mengulangi kesalahan yang sama lagi.

3.Kadang merasa kesepian, bahkan galau tingkat akut? Langkah pertama: akui saja, meski sebaiknya cukup dalam hati. Tidak apa-apa, namanya juga manusiawi. Cukup Anda dan Tuhan yang tahu, tak perlu bawa-bawa seluruh penghuni dunia ini. Mengapa? Tak semua orang bisa dan mau mengerti. (Salah-salah mereka malah menghina atau mengasihani, terutama mulut-mulut ‘miring’ di negeri ini.)

4.Terus sibukkan diri Anda dengan beragam kegiatan positif, entah bekerja lebih giat, jalan-jalan, menekuni hobi, hingga banyak-banyak main dengan teman dan berkumpul dengan keluarga.

5.Jauhi orang-orang usil bermulut nyinyir. Meski Anda termasuk pribadi yang cenderung tangguh dan mandiri, ada kalanya Anda lelah diganggu omongan mereka yang bernada ‘miring’. Bukannya mau memutuskan tali silaturahmi, tapi ada kalanya Anda perlu menciptakan jarak sesekali bila sudah tak tahan lagi. (Sekalian mengajari mereka, tentunya.) Demi kebahagiaan Anda, tak perlu terlalu dekat-dekat mereka yang hobi berkomentar negatif. Siapa tahu, lama-lama mereka akan sadar kalau selama ini sudah membuat Anda merasa tidak nyaman dan bahkan sakit hati.

6.Banyak yang memberi nasihat serupa, seperti: “Bukalah hatimu” atau “Jangan terlalu pemilih.” Pada kenyataannya, hal itu tak semudah membalik telapak tangan. Semua butuh proses dan tidak bisa dipaksa. Setiap orang punya cara berbeda. Hanya Tuhan Yang Maha Tahu, kapan Anda sebenarnya siap dan dengan siapa Anda sebaiknya bersama. (Aamiin YRA.) Hanya karena kesepian (atau sekedar ingin cepat-cepat lepas dari status lajang), tidak berarti Anda tidak punya standar jelas dan siap menerima siapa saja. Ingat, membuka hati tidak sama dengan (asal) mengobral diri. Anda bisa dan berhak memilih, terutama untuk tidak menyamakan diri dengan barang dagangan. (Lagi-lagi saya geli dengan istilah ‘laku / tidak laku’. Memangnya kita berkeliaran dengan label harga di jidat?)

7.Meski Anda sangat menyayangi sahabat Anda yang sudah berpasangan (entah punya pacar, tunangan, atau bahkan sudah menikah), ada kalanya Anda tidak ingin diingatkan mengenai apa yang belum / sedang tidak Anda miliki (baca = kekasih hati!) Banyak-banyaklah bergaul dengan sesama lajang (dengan catatan, mereka juga berpikir positif dan tidak iri dengan ‘rezeki’ orang lain bernama ‘jodoh’.) Tak ada yang salah. Perubahan pasti akan selalu ada, mulai dari perbedaan prioritas hingga pandangan hidup.

8.Seorang sahabat mengingatkan: “Bahagia bukan sekedar pilihan, tapi juga hak setiap orang.” (Asal nggak di atas penderitaan orang lain saja, ya!) Apa pun status Anda sekarang, nikmati saja. Selalu ada hikmah di balik setiap peristiwa. Bisa jadi saat ini Tuhan tengah memberi Anda peran lain yang tak kalah berguna. (Lebih banyak membantu orang lain, mungkin?)

Semua pemberian adalah pinjaman. Tak ada yang abadi. Hidup ini harusnya dinikmati dan disyukuri. Anda masih bisa kok, beribadah dan bermanfaat bagi sesama. Selalu ada cara. Percayalah, Anda juga berharga bagi dunia!

R.
(Jakarta, 20 Oktober 2013)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar