Seorang teman baru saja berbahagia.
Setelah lama melajang, akhirnya dia dikunjungi juga oleh kekasih barunya dari
Australia. Kapan mereka bertemu? Entah, dia tidak bercerita dan saya juga
enggan (kepo) bertanya. Dimana mereka berjumpa? Di dunia maya, tepatnya
di salah satu situs kencan dimana teman saya jadi anggotanya.
Nah, nah. Apa ada yang mau nyinyir? Apa
mungkin Anda sudi ikut berbahagia untuk teman saya?
Banyak cara mencari/menemukan jodoh. Ada
yang cukup beruntung, mendapatkannya langsung di depan mata; cepat pula.
(Biasanya akan ada yang bereaksi – entah dengan nada sirik atau beneran tulus –
dengan ucapan: “Nggak heran, dia
cantik/ganteng/baik, sih!”)
Yang lain harus berusaha ekstra keras,
entah lewat ‘perantara’ (alias lewat
mak comblang – mulai dari teman, saudara, hingga dukun!) hingga biro jodoh. Ya,
bahkan sampai juga ke dunia maya.
Apa ada yang salah dengan mereka? Mungkin
tidak, meski banyak orang sok tahu yang menuduh mereka pribadi ‘bermasalah’ – hingga (sepertinya) jodoh
ogah atau susah datangnya. Salahkah? Tidak juga. Namanya juga usaha. (Ya,
selama itu tidak sampai merebut ‘jatah
resmi’ orang lain.) Menurut saya, cara itu masih jauh lebih baik ketimbang
hanya berdiam diri dan mengeluh betapa kesepiannya kita.
Berhasilkah? Ada yang ya dan belum.
(Jawaban ‘tidak’ terdengar sangat
negatif dan bisa membunuh harapan.) Saya kenal banyak teman yang bertemu jodoh
lewat chatroom, blog, komunitas hobi
dunia maya, hingga media sosial. Saya yakin mereka bukan tipe yang putus-asa
dan (gampang) merasa kesepian. (Justru yang desperate
itu ya, yang hanya bisa mengeluh tanpa berusaha.)
Dan mereka bahagia. Seperti kata salah
satu rekan saya tentang teman kami tadi:
“Dia
bahagia karena memilih siap untuk berbahagia.”(Baca: membuka hatinya untuk calon
pasangan potensial.)
Masuk akal. Kenapa tidak? Bahkan teman
saya itu (dan beberapa teman lainnya yang telah sukses bertemu jodoh lewat
jalan serupa) juga menyarankan saya untuk kembali mencoba yang sama. Ya, meski
– seperti di dunia nyata – resikonya tetap sama: bertemu orang-orang ‘iseng’ yang hanya minta ‘kencan semalam’ (idih!) hingga yang
berpotensi...psikopat! (Hiiih!)
Pasti masih ada yang menyahut: “Ih, ngapain sih, kenalan sama orang gak jelas?
Belum tentu bakal jadian juga. Yang real aja, deh!” Sah-sah saja bila ada
yang mau berpikir demikian, namun tak berarti berhak meremehkan – apalagi
menertawakan – mereka yang memilih berburu jodoh lewat dunia maya. Itu hak dan
urusan pribadi mereka, mengapa malah Anda yang keberatan? Kalau ada banyak
jalan menuju Roma (bukan si ‘satria
bergitar’, maksud saya...ahem!), kenapa memilih yang itu-itu saja? Mengapa
harus membatasi diri, apalagi atas nama gengsi?
Kalau pun alasannya “takut ketemu yang nggak jelas”, bukankah itu sudah bagian dari
resiko semua jenis pencarian? Bukankah pada awalnya kita semua sama? Before every friendship / relationship, we
were once upon a time strangers to one another...
R.
(Jakarta, 20 Juni 2013)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar