Rabu, 26 Juni 2013

"LOVE IS IN THE AIR (YES, IT'S EVERYWHERE!)"

Seorang teman baru saja berbahagia. Setelah lama melajang, akhirnya dia dikunjungi juga oleh kekasih barunya dari Australia. Kapan mereka bertemu? Entah, dia tidak bercerita dan saya juga enggan (kepo) bertanya. Dimana mereka berjumpa? Di dunia maya, tepatnya di salah satu situs kencan dimana teman saya jadi anggotanya.

Nah, nah. Apa ada yang mau nyinyir? Apa mungkin Anda sudi ikut berbahagia untuk teman saya?

Banyak cara mencari/menemukan jodoh. Ada yang cukup beruntung, mendapatkannya langsung di depan mata; cepat pula. (Biasanya akan ada yang bereaksi – entah dengan nada sirik atau beneran tulus – dengan ucapan: “Nggak heran, dia cantik/ganteng/baik, sih!”)

Yang lain harus berusaha ekstra keras, entah lewat ‘perantara’ (alias lewat mak comblang – mulai dari teman, saudara, hingga dukun!) hingga biro jodoh. Ya, bahkan sampai juga ke dunia maya.

Apa ada yang salah dengan mereka? Mungkin tidak, meski banyak orang sok tahu yang menuduh mereka pribadi ‘bermasalah’ – hingga (sepertinya) jodoh ogah atau susah datangnya. Salahkah? Tidak juga. Namanya juga usaha. (Ya, selama itu tidak sampai merebut ‘jatah resmi’ orang lain.) Menurut saya, cara itu masih jauh lebih baik ketimbang hanya berdiam diri dan mengeluh betapa kesepiannya kita.

Berhasilkah? Ada yang ya dan belum. (Jawaban ‘tidak’ terdengar sangat negatif dan bisa membunuh harapan.) Saya kenal banyak teman yang bertemu jodoh lewat chatroom, blog, komunitas hobi dunia maya, hingga media sosial. Saya yakin mereka bukan tipe yang putus-asa dan (gampang) merasa kesepian. (Justru yang desperate itu ya, yang hanya bisa mengeluh tanpa berusaha.)

Dan mereka bahagia. Seperti kata salah satu rekan saya tentang teman kami tadi:

“Dia bahagia karena memilih siap untuk berbahagia.”(Baca: membuka hatinya untuk calon pasangan potensial.)

Masuk akal. Kenapa tidak? Bahkan teman saya itu (dan beberapa teman lainnya yang telah sukses bertemu jodoh lewat jalan serupa) juga menyarankan saya untuk kembali mencoba yang sama. Ya, meski – seperti di dunia nyata – resikonya tetap sama: bertemu orang-orang ‘iseng’ yang hanya minta ‘kencan semalam’ (idih!) hingga yang berpotensi...psikopat! (Hiiih!)

Pasti masih ada yang menyahut: “Ih, ngapain sih, kenalan sama orang gak jelas? Belum tentu bakal jadian juga. Yang real aja, deh!” Sah-sah saja bila ada yang mau berpikir demikian, namun tak berarti berhak meremehkan – apalagi menertawakan – mereka yang memilih berburu jodoh lewat dunia maya. Itu hak dan urusan pribadi mereka, mengapa malah Anda yang keberatan? Kalau ada banyak jalan menuju Roma (bukan si ‘satria bergitar’, maksud saya...ahem!), kenapa memilih yang itu-itu saja? Mengapa harus membatasi diri, apalagi atas nama gengsi?

Kalau pun alasannya “takut ketemu yang nggak jelas”, bukankah itu sudah bagian dari resiko semua jenis pencarian? Bukankah pada awalnya kita semua sama? Before every friendship / relationship, we were once upon a time strangers to one another...

R.

(Jakarta, 20 Juni 2013)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar