Oke, semoga ini terakhir kalinya saya menggunjingkan si tukang mengeluh kronis. Semoga saya tak perlu melakukannya lagi, karena pada akhirnya sama saja: saya mengeluhkan si tukang mengeluh. Ironis.
Jika Anda termasuk yang sudah bermental baja, silakan skip entri ini. Saya enggan membuang-buang waktu berharga Anda.
Yang masih mau baca, silakan lanjut.
Bagaimana bila kita sekantor dengan si tukang mengeluh kronis? (Apalagi bila orang itu duduk pas dekat banget dengan kita, bersuara keras, dan - asli! - terang-terangan minta perhatian pula.)
Sebenarnya jauh lebih mudah ketimbang harus serumah dengan mereka. Anda tinggal:
1. Bila keluhan mereka relevan dan ada hubungannya dengan Anda, silakan dengarkan dan bantu mencari solusinya. Siapa tahu dengan begitu mereka akan berhenti mengeluh dengan sendirinya.
2.Bersabar dan banyak-banyak berdoa agar si tukang pengeluh kronis segera mengubah kebiasaannya yang ganggu banget - atau pindah saja sekalian! Kejam memang, tapi orang semacam ini cenderung egois. Mereka tidak sadar kalau hobinya ini lama-lama bisa 'membunuh' semangat kerja rekan-rekan sekitarnya.
3.Menegur mereka baik-baik dengan resiko dicap usil dan reseh (lho?!) - hingga berujung permusuhan. (Lagi-lagi harap maklum, tak semua orang dewasa yang - katanya - dewasa berhati besar.) Untuk yang satu ini, harap lakukan empat mata. Ingat, Anda sendiri pasti tak sudi dijatuhkan di depan umum, meski Anda terbukti bersalah!
4.Diamkan saja. Sibukkan diri Anda. Jadikan earphone pelarian terakhir bila Anda sudah tak tahan lagi. Ingat, Anda punya tujuan utama di sana: bekerja sebaik-baiknya, bukan sekedar menjadi penonton setia si tukang mengeluh!
R.
(Jakarta, 23 Mei 2013)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar