Nggak
tahu apa ini hanya di Indonesia, tapi tiap ke bioskop – saya kerap menemukan
beberapa jenis penonton di dalam studio. Mulai dari yang masih masuk kategori
umum alias normal, hingga yang (sayangnya) ‘ajaib’.
Kadang juga tergantung jumlah penonton, jenis film, hingga waktu tayangnya. Ada
kalanya studio bisa (nyaris) sesunyi kuburan. (Ya, kecuali suara film.)
Bagi penonton kategori umum atau
normal, kondisi di atas paling ideal atau kondusif untuk menonton film di
bioskop dengan tenang. (Ya, iyalah – nggak ada gangguan!) Lain cerita kalau
studio film berubah ibarat sirkus, gara-gara model penonton-penonton ‘ajaib’ (bukan ‘ajib’) di bawah ini:
Geng rumpi:
Pernah keganggu pas lagi nonton film
di bioskop, gara-gara suara dialog pemain ‘tercampur’
oleh obrolan sekelompok manusia yang
duduk dekat Anda – baik kenal atau pun tidak? Ya, mending obrolan mereka masih ‘nyambung’ dengan adegan di film. (Eh,
nggak juga, ding!) Mungkin mereka terbiasa nonton film sembari menggosipkan
mantan. (Entah mantannya siapa atau ‘mantan’
apaan, saya nggak peduli!) Apalagi kalau sudah sampai cekikikan a la ‘kunti’. Syukur-syukur nggak bikin
penonton lain kabur...atau ngalahin ‘kunti’
di film horor yang lagi diputar.
Repot ‘kan, kalau yang ‘asli’ tiba-tiba muncul dan ikutan duduk di samping
Anda, karena merasa Anda ‘rekan sejawat’ mereka?
Nggak ada yang salah sih, dengan
kelakuan mereka – selama itu hanya terjadi di rumah saat slumber party atau semacamnya. Dijamin aman dari gerutuan, cacian,
hingga timpukan dari penonton lain!
Komentator andal:
Mungkin
orang ini terbiasa nonton bola di rumah sambil teriak-teriak, baik sendirian
maupun sama orang lain. (Atau mungkin kerjaannya juga begitu.) Sayangnya,
kadang dia terlalu ‘menjiwai’ –
hingga sampai ‘terbawa’ saat nonton
film di bioskop! Seperti komentator andal acara olah raga mengomentari para
atlit berlaga di lapangan, orang ini akan dengan suka cita (dan semangat ’45!)
mengomentari laku tiap pemain – kadang dengan kalimat-kalimat yang ‘rawan sensor’. Jika Anda pencinta
ketenangan dan kebetulan duduk di samping mereka, Anda pasti ingin sekali
mengabulkan keinginan mereka saat mendengar mereka berkomentar begini saat
nonton film action:
“HAJAR!!”
Yuk, mari.
Narator dadakan:
Kelihatan banget kalau dia pencinta
film sejati. Mungkin film yang sama (yang dia suka) sudah dia tonton
berkali-kali hingga seluruh plot dan alurnya dia hapal mati. Kalau pun belum
pernah nonton film itu? Ah, gampang. Nggak masalah. Berkat pengalamannya nonton
banyak film, paling tidak dia bisa mengira-ngira alur cerita hingga akhirnya.
Perkara benar atau salah, urusan belakangan. Palingan hanya meleset sedikit.
Narator andal biasanya juga senang ‘berbagi pengetahuan’ mereka dengan
orang lain, terutama dengan teman mereka yang rajin bertanya-tanya di
tengah-tengah pemutaran film. Sayangnya, mereka tak peduli bahwa penonton lain
butuh ketenangan, bukan ‘bocoran’.
Anda
tipe penonton ini? Saran saya nggak banyak, hanya tiga:
- Ingat-ingat
lagi pepatah ‘diam itu emas’ – dan
praktekkan saat nonton film di bioskop. Nggak susah, kok. Jangan bikin penonton
lain merasa sudah buang-buang uang dan waktu berharga mereka, hanya gara-gara
film belum kelar – ‘narasi tambahan’ Anda
yang tidak pernah mereka minta sudah mendahului. Kasihan, ‘kan?
- Jangan
ajak teman / kencan Anda yang hobinya selalu bertanya di tengah-tengah
pemutaran film, seperti: “Itu siapa?” ,
“Ini kenapa?” , “Abis ini apa?” , hingga “Kok gitu??” Bantulah mereka
dengan membiarkan mereka belajar sabar dan mulai melatih nalar sendiri.
Janganlah sedikit-sedikit Anda ‘suapi’. Kalau
nggak, mau jadi apa generasi bangsa ini? ‘Kan biar sama-sama cerdas! (Ngerti
‘kan, maksud saya?)
Kalau
mereka sulit diam? Berilah mulut mereka ‘kegiatan’
lain, seperti mengunyah pop corn atau
cemilan lainnya. Kalau masih berisik juga? Pastikan saat itu adalah terakhir
kalinya Anda mengajak mereka nonton film di bioskop.
- Anda
merasa itu hak asasi Anda? Silakan nonton film lewat DVD di rumah Anda sendiri
saja. Mungkin Anda tidak peduli dan tidak menganggap kehadiran dan hak orang
lain di bioskop penting. Tapi percayalah, banyak yang cukup peduli untuk ‘menendang’ Anda keluar dari studio.
Bukannya mau kasar, tapi itulah kenyataannya.
Pencinta smartphone/gadget:
“Phone
boleh smart, cuman yang make...” (Isi sendiri, deh.) Suka pakai HP dan
sejenisnya di bioskop? Paling hanya mata Anda yang terancam rusak dalam jangka
panjang, gara-gara pendaran cahaya dari layar HP Anda dalam ruangan gelap. Kalau
siap dengan resikonya, terserah Anda. Namun harap diingat, banyak yang masih
sayang dengan mata mereka – namun sialnya kebagian duduk pas di samping Anda.
Mau nyuruh mereka pindah? Enak saja! Emangnya bioskop ini punya Anda? Lebih
gampang dan masuk akal bila Anda sudi mematikan HP Anda dulu. Toh, HP Anda juga
tidak akan kemana-mana. Anda juga tidak akan lantas jatuh sakit atau mati bila
harus berpisah dari HP Anda barang sejam-dua jam saja.
Nekat menelepon atau menerima telepon di
tengah-tengah pemutaran film? Selamat cari mati.
Anak kecil bertubuh dewasa:
Pernah merasa ada yang
menendang-nendang kursi Anda dari belakang? Pernah merasakan tapak sepatu di
belakang Anda? Kemungkinan besar itu ulah anak kecil bertubuh dewasa, yang
tidak peduli Anda merasa terganggu. Syukur-syukur mereka masih menurut saat
ditegur. Kalau berbalik marah dan mengancam akan menyakiti Anda? Di sinilah
salah satu fungsi utama satpam gedung, terutama bila Anda takut menghadapi
mereka seorang diri.
Enggan (dianggap) cari ribut? Ya, sudah.
Diam saja kalau begitu. Nggak usah ngomel. Bukankah diam saja (dalam hal ini)
artinya SETUJU? Anda mau diperlakukan seperti itu?
Orang pacaran:
Aduh, apa masih perlu komentar untuk
yang satu ini? (Percayalah, ini bukan karena saya masih lajang. Saya juga
enggan iri dengan ‘rezeki’ orang!)
Masih banyak TEMPAT-TEMPAT LAIN – dan Anda malah memilih studio di BIOSKOP?!
Kenapa nggak sekalian casting buat
main film saja sekalian, biar puas dan ditonton banyak orang – jika memang itu
yang Anda (dan pasangan Anda, mungkin) inginkan? Percayalah, tidak semua orang
di studio ingin menonton ‘adegan ekstra’ buatan
Anda dan pasangan Anda. (Apalagi anak-anak!) ‘Kan mereka membayar untuk
menonton film!
Keluarga ‘bahagia’:
Apakah saya menentang orang tua
membawa anak-anak mereka – terutama yang masih kecil-kecil – nonton film di
bioskop? Tidak. Apalagi kalau filmnya memang untuk semua umur. (Kalau belum
yakin, silakan baca review di
internet atau tanya-tanya sama yang sudah nonton film tersebut mengenai
kemungkinan cocok-tidaknya konten film untuk anak Anda!)
Yang jadi problem adalah saat orang
tua malah mengajak anak-anak mereka – terutama yang masih di bawah 17 atau yang
kecil sekali – nonton film dewasa. Mungkin Anda beralasan ingin refreshing dengan pasangan, namun si
kecil merengek ingin ikut. Mungkin tidak ada yang bisa diminta jadi babysitter di rumah, meski sementara
saja. Mungkin Anda berharap si kecil akan bosan dan jatuh tertidur dengan
sendirinya. Mungkin si kecil akan lupa karena belum tertarik (tampaknya).
Dan ‘mungkin-mungkin’ lainnya...
Yang terjadi? Banyak! Mulai dari si
kecil yang tidak bisa diam, mengoceh dan menjerit tanpa henti, dan / atau berlarian
kesana-kemari. (Yakin Anda masih bisa duduk tenang dan nonton kalau sudah
begini?) Belum lagi kalau tiba-tiba si kecil menjerit dan menangis, entah
karena bosan, lelah, tidak nyaman, kedinginan, hingga...ketakutan melihat sosok
mengerikan di film horor yang sedang Anda tonton! (Mau menyalahkan mereka? Anda
pasti sudah gila dan lupa berkaca!)
Solusi tercerdas? Cukup bawa anak
Anda keluar dan jangan pernah kembali lagi, kecuali bila Anda menonton seorang
diri atau anak Anda sudah cukup besar untuk mengerti tata-cara menonton film di
bioskop yang baik dan benar!
Feodalis anti kritik:
Biasanya
mereka termasuk satu atau lebih dari kategori yang sudah disebutkan di atas,
tapi ogah merasa salah atau tidak peduli sudah mengganggu orang lain. Iklan
layanan masyarakat tentang tata-cara menonton film di bioskop yang baik dan
benar yang diputar sebelum film mulai mungkin hanya dianggap ‘angin lalu’ – atau sekedar lucu-lucuan.
Mungkin
Anda tengah meradang saat membaca tulisan ini. Kenapa? Merasa tersinggung?
Merasa diserang?
“Suka-suka, dong! ‘Kan
sama-sama bayar.” Memang, tapi nggak lantas semua juga berbuat ‘suka-suka’ seperti Anda, ‘kan? Lagipula
kalau mau bicara hak asasi, mereka juga punya. Jangan lupa, mereka juga berhak
menonton film di bioskop dengan tenang! Masih mau ngotot juga?
Bagaimana?
Anda termasuk jenis penonton yang mana? Yang terpenting: Anda mau jadi penonton
macam apa?
R.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar