Jumat, 11 November 2016

"Tentang Pacaran dan #RelationshipGoals"

Sejak banyak yang meributkan si selebgram A atau B (berhubung sudah pada bisa nebak, saya nggak usah sebut nama, ya?), tagar #relationshipgoals kerap mampir di benak saya. Kalau diartikan dalam bahasa Indonesia, artinya ya ‘tujuan dari sebuah hubungan / relationship’.
Sebenarnya apa sih, #relationshipgoals itu? Apa biar bisa sekadar posting foto-foto super mesra di IG, hanya biar bisa dilihat semua orang? Apa biar banyak yang iri dan sirik, karena melihat kita bisa bersanding dengan cowok paling ganteng atau cewek paling cantik?
Apa yang penting kita bisa bebas memamerkan pacar kita ke seluruh dunia, hanya untuk menunjukkan bahwa kita punya alias ‘laku’?
            Mungkin saya mulai terdengar sinis di sini. Mungkin ada juga yang menganggap saya diam-diam sirik karena saat ini sedang tidak punya pacar. Terserah sih, saya nggak peduli.
Sebenarnya, saya nggak gitu suka mendengar pertanyaan “Udah punya pacar, belum?” atau “Mana pacarnya?” Kalau yang nanya kebetulan cowok yang tertarik sama saya atau ingin mengenalkan saya dengan seseorang, masih nggak masalah. Kalau hanya basa-basi? Malas. Apalagi bila begitu tahu jawaban saya ‘belum’ atau ‘nggak ada’, ada yang menjadikannya bahan lelucon atau malah langsung mencari-cari ‘cacat’ penyebab saya hingga kini belum punya pacar. Begitulah bila yang ditanya perempuan, terutama yang sudah di atas usia 25. Entah (dianggap) kurang cantik-lah, perkara berat badan-lah, cara berpakaian, hingga karakter dan kepribadian. (Meski untuk dua yang terakhir sepakat, saya juga ogah ‘memukul rata’ semua lajang sebagai sosok dengan ‘masalah kepribadian’, karena ada saja tuh, sosok yang mungkin menurut Anda kelakuannya ‘enggak banget’ tapi bisa dapat pacar/pasangan.)
Tapi, lagi-lagi masyarakat suka labil dan nggak jelas. Nggak punya pacar, dibilang ‘nggak laku’ atau dituduh ‘kurang inisiatif mencari’. Giliran giat mencari, dikatain ‘desperate’ binti agresif.
Cowok punya pacar banyak (apalagi dalam waktu bersamaan, alias playboy) dianggap jagoan. (Entah gimana ceritanya kalau suatu saat dia berumah tangga dan punya anak perempuan.) Giliran cewek, langsung dikatain murahan.
Mungkin, karena itulah saya nggak begitu suka maupun peduli dengan konsep pacaran, terutama sekarang-sekarang ini. Capek juga denger mulut usil orang-orang. Buat saya, semua terserah keinginan dan keperluan masing-masing. Yang merasa perlu pacaran, silakan. Pilihan pribadi, tanggung jawab masing-masing. Nggak perlu saling usik, apalagi sampai mem-bully yang masih jomblo. (Jones = jomblo ngenes? Aduh, kok saya nggak ampe segitunya, ya?)
Yang masih jomblo juga biasa aja. Mungkin Anda memilih enggan pacaran karena ‘takut berzina’ atau ‘alasan-alasan lain’ yang hanya diketahui oleh Anda. Ya, nggak apa-apa. Nggak perlu mem-bully yang pacaran dengan sebutan ‘murahan’. Bisa kan, saling mengingatkan akan kebaikan tanpa harus pakai menghina segala? Sisanya ya, terserah mereka.
Jujur, saya lebih suka punya banyak teman, daripada satu pacar namun cemburuan dan hobi melarang-larang. Kalau pun ada celetukan soal tipe laki-laki idaman saat obrolan, nggak berarti lantas saya menutup diri dari yang di luar tipe itu. Asal sosok itu memperlakukan saya dengan hormat sebagai manusia setara, benar-benar sayang, setia, dan mau berjuang bersama untuk hidup yang lebih baik, kenapa enggak?
Jadi, apa #relationshipgoals saya? Sederhana, namun butuh perjalanan panjang dan usaha ekstra keras. Saat mereka bertanya tentang ‘si dia’-nya saya (siapa pun yang dikirim Tuhan nantinya), deskripsi saya tentangnya hanya satu:
“Dia juga sahabat saya…”
R.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar