Senin, 16 Desember 2013

"SAAT CINTA (LEBIH BANYAK) MERUGI..."

Saya yakin, ini bukan cerita lama. Tentang cinta tak berbalas, cinta tak terucap, hingga cinta terlarang. Apa gerangan? Cinta kepada sosok yang sebenarnya sudah ‘resmi milik orang lain’. (Nah, lho!)
            Pernah mengalami? Kalau tidak, bersyukurlah. (Semoga Anda jangan sampai pernah mengalami. Idih, amit-amit!)
            Bagi yang mengalami (entah sedang atau telah melewatinya), Anda tak sendiri. Namanya juga manusia, Anda pasti punya banyak pilihan dalam menghadapinya.
            Ada yang merasa malu dan terhina, hingga memutuskan untuk mati-matian menyembunyikannya. (Mungkin juga mereka/Anda akan berpikir: “Kayak nggak ada yang lain aja!”) Mengapa? Ah, misteri cinta. Kadang cinta datangnya memang suka-suka. Tanpa bermaksud membenarkan atau menyalahkan, rasanya tak ada yang benar-benar mudah.
            Ada yang menanggapinya dengan ‘sedikit’ lebih santai. Mungkin rasanya seperti cinta, tapi bisa saja bukan yang sejati. Seperti perubahan cuaca, bisa datang dan pergi. Yang ini tidak sampai jadi? Masih ada yang lain lagi. (Semoga yang ‘lain lagi’ itu juga masih sendiri dan tengah mencari ‘seseorang seperti kita’. Hehe, amin.)
            Ada yang memilih untuk ‘memenangkan’ cintanya, bahkan dengan segala cara. Mau sosok itu sudah terikat secara resmi dengan orang lain (baca: MENIKAH!) atau masih berstatus pacar atau tunangan seseorang, pokoknya harus segera jadi milik Anda. Namanya juga hak asasi. Boleh dong, kita mencintai siapa saja? Bukankah hidup ini penuh persaingan?
            Saya sedang tidak menuding siapa-siapa. Saya juga tidak bilang ini mudah bagi yang merasakan. Memangnya siapa sih, yang mau?
            Seorang pembaca salah satu majalah perempuan pernah mengirim sebuah artikel pengakuan. Bukan, bukan dia. Kebetulan, temannya pernah jatuh cinta dengan suami orang lain.
            Singkat cerita, si teman ngotot setelah dinasehati. Atas nama ‘cinta’, si teman tetap mengincar lelaki impian – bahkan rela jadi ‘simpanan’, alias kekasih gelap.
            Seperti banyak kasus serupa, akhirnya bisa ditebak. Lelaki ‘tercinta’ hanya menjanjikannya ‘suatu hari’. “Suatu hari nanti kita akan benar-benar bersama.” Ya, ya, yang benar saja. Pada kenyataannya, lelaki itu tak pernah mau meninggalkan sang istri.
            Lalu teman si pembaca menyadari kalau selama ini dia diperlakukan ibarat daging busuk. Disimpan di kulkas dan tidak pernah dikeluarkan. (Entah lupa atau memang sengaja enggan diingat-ingat.) Tak mungkin juga dipamerkan ke orang-orang.
            Lama-lama dia tak tahan dan minta putus. Itulah akhir ceritanya. Sekian dan terima kasih.
            Ada juga yang berhasil membuat sosok idaman akhirnya meninggalkan pasangan resmi mereka. Dari sini, hasil bisa bervariasi. Ada yang memang bertahan lama (ya, meski harus ada pihak yang tersakiti, sayangnya.) Ada yang sampai menuai benci dari banyak pihak. Ada yang akhirnya menyesal setengah mati, karena kenyataan memang tak selalu seindah impian. (Ya, seperti contoh cerita teman si pembaca tadi.) Apalagi bila ternyata, sosok impian yang awalnya sukses jatuh ke pelukan Anda, akhirnya malah meninggalkan Anda demi orang lain lagi. (Emang enak?)
            Ada juga yang memilih untuk mundur teratur, mati-matian berusaha membunuh perasaan itu – atas nama kehormatan. Yang tidak mengerti mungkin akan (tetap) memandang mereka dengan sinis, menganggap mereka munafik, sok kuat, sok suci, in denial, dan sebagainya. (Baiklah, terserah Anda). Mungkin saja yang tidak mengerti belum pernah mengalami hal serupa.
            Kadang perbuatan baik dan benar tak sejalan dengan keinginan dan ego pribadi. Memang, tak semua yang (tampak) indah di bumi harus kita miliki. (Klise sih, tapi saya yakin Anda setuju – atau minimal mencoba mengerti.) Kadang kita hanya ditakdirkan untuk mengagumi mereka dari jauh saja, dengan harapan suatu saat nanti...kita pun akan diberi keindahan yang sama – atau mungkin malah lebih dari itu. Siapa tahu?

            R.

            (Jakarta, 15 Desember 2013)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar