(Awas, spoiler buat yang belum nonton serial “Criminal Minds” seputar season
8 -9!)
Mendadak
saya teringat beberapa episode dari serial favorit saya, “Criminal Minds”. Salah satu karakter utama yang sangat saya sukai,
dr.Spencer Reid (yang diperankan oleh aktor Matthew Gray Gubler), kehilangan
kekasihnya, Maeve. Seorang psikopat membunuh gadis itu tepat di depan matanya,
semata akibat sakit hati, rasa iri, dan dendam.
Tentu saja, trauma akibat peristiwa
senaas itu tidak bisa sembuh hanya dalam semalam. Bahkan, setelah Reid sempat
cuti cukup lama, perasaan itu masih saja menghantuinya. Sampai-sampai
dalam salah satu episode, dia sempat
bertanya pada David Rossi, rekan seniornya di B.A.U. (Behavioural Analysis Unit) di FBI, Quantico:
“Jadi aku harus apa setelah melewati batas
masa berduka yang sesuai kebanyakan orang?”
Pertanyaan
bagus.
Kebanyakan orang mungkin hanya akan
berkomentar: “Sudahlah, move on saja.
Hidup terlalu singkat untuk dipakai berduka terus.” Gampang saja, seperti
mengganti pakaian atau membeli ponsel baru saat uang sudah ada.
Memang ada benarnya juga, sih. Tapi,
kenyataannya tidak semua bisa dipukul dengan sedemikian rata. Kasusnya
beda-beda, begitu pula cara tiap orang berduka. Jangan samakan Anda yang sedih
diputuskan pacar karena beda prinsip dengan teman yang bercerai karena salah
satu berkhianat, atau kehilangan anggota keluarga karena musibah. Ya, apalagi
kalau sudah menyangkut kematian. Memang, kita semua pasti sudah pernah
kehilangan seseorang dan tidak ada yang bisa menghindarinya.
Namun, bagaimana cara menghibur
seseorang yang pernah kehilangan sosok tercinta karena peristiwa tragis,
seperti kecelakaan, pembunuhan, bunuh diri, hingga kematian mendadak, sementara
Anda sendiri belum pernah mengalaminya? (Semoga
tidak, ya.) Akankah Anda dengan entengnya menyarankan atau meminta mereka
agar segera move on, terutama bila
menurut Anda mereka sudah terlalu lama berduka?
Benarkah?
“Jadi
aku harus apa setelah melewati batas masa berduka yang sesuai kebanyakan orang?”
Jawaban
Rossi? Tidak ada, kecuali tatapan sedih dalam diam.
Ya,
kadang diam dan mendengarkan adalah ekspresi peduli paling tulus, meski mungkin
Anda sudah punya jutaan nasihat di kepala yang siap Anda muntahkan untuk mereka
kapan saja. Kita tidak bisa selalu memahami, meski peduli. Kadang kita hanya
bisa berdoa agar mereka cukup tangguh untuk melalui semuanya.
Ada
saat berduka, ada saat beranjak. Lagi-lagi, rentang waktunya berbeda bagi
setiap manusia...
R.
(Jakarta,
8 Juni 2016 – 22:15)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar