Kamis, 22 Desember 2016

"JUJUR?"

Jujur selalu?
Ah, jangan naif begitu
apalagi disertai kekasaran itu
meski sesuai maumu
hanya agar mereka tahu
semua isi benakmu
Persetan dengan sopan-santun palsu
bagai munafik yang berlaku

Jujur selalu?
Ya, kamu merendahkanku
yang memilih diam membisu
bak pengecut yang enggan berjibaku
sembunyi di balik slogan damai
netralitas tukang cari aman sejati
atas nama toleransi
Sosok egois yang tidak peduli
hanya memikirkan diri sendiri

Jujur selalu dan sekali?
Aku muak setengah mati
Kamu hanya menghina tanpa henti
berkoar-koar ke sana kemari
bikin orang sakit hati
tanpa ada tawaran solusi
Kesombonganmu memuakkan sekali
Entah kapan kamu mau berhenti

Jujur saja?
Aku muak dengan drama
Lagi-lagi keributan yang sama
tanpa menghasilkan apa-apa
kecuali saling menghina
mengutuk yang berbeda
mencela yang tidak tahu apa-apa
menyumpahi yang diam saja

Jujur?
Rasanya ingin kabur
sebelum ada yang keburu takabur
Namun, kamu akan kembali menyebutku pengecut
dengan mulut yang kecut
sementara panggung ini masih penuh badut…

R.
(Jakarta, 14 Desember 2016 – 16:00)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar