Aku tidak ingin menunggu. Aku ingin menciptakan waktu.
Ya, aku tidak ingin menunggu waktu yang tepat, karena itu hanya mitos. Tidak pernah ada waktu yang tepat. Yang tepat hanya waktu yang ingin kita sempatkan.
Aku ingin menciptakan momentum itu, saat kita nanti kembali bersama. Aku ingin kita memulai segalanya kembali dari awal, karena kita sama-sama menginginkannya.
Karena itulah, kusisihkan hari ini khusus untukmu. Kita tahu, sebelumnya sudah terlalu banyak kesalahpahaman. Terlalu banyak pertengkaran. Aku yang terlalu keras kepala dan kamu yang tidak mau mendengar. Lelah, lemah, kalah. Pada akhirnya, kita sama-sama mudah menyerah. Sudah, hentikan saja semuanya. Lebih baik kita jalan sendiri-sendiri saja.
Waktu pun berlalu. Namun, tak surut jua rasa rindu. Kita pun memutuskan untuk kembali bertemu. Jangan lagi menunggu. Belum tentu esok akan ada waktu luang itu.
Sekarang, di sinilah aku. Di kafe tempat kita pertama kali bertemu, menunggu. Tapi, di mana kamu? Kenapa yang datang malah sahabatmu?
“Hai, Damai.”
—***—
Maafkan aku. Maafkan aku yang sering ragu untuk meluangkan waktu denganmu.
Salahkan ego dan gengsiku. Bahkan, sejak kita berpisah dulu, aku sudah memendam siksa di dalam diamku.
Makanya, aku bersyukur saat kamu duluan yang akhirnya kembali menghubungiku. Semakin bersyukur saat tahu bahwa kamu pun memendam rindu. Baiklah, mari kita sama-sama berdamai dengan masa lalu. Saatnya memulai lagi yang baru.
Aku tahu, hari ini sudah kau sisihkan khusus untukku. Aku juga melakukan hal yang sama untukmu. Aku bahkan sudah berjanji akan lebih memperhatikanmu kali ini, tidak seperti dulu. Tidak ada lagi aku yang egois dan selalu merasa paling benar sendiri. Demi kamu.
Aku sudah pernah kehilanganmu. Jangan pernah sampai terjadi lagi…
Percayalah, sebenarnya aku ingin segera ke kafe itu lagi, setelah sekian lama. Aku ingin kita kembali bersama, seperti dulu.
Kuharap kamu percaya. Dengarkanlah sahabatku saat dia tiba. Lalu, kemarilah segera.
Semoga…aku masih ada…
—***—
“Damai, Adrian kecelakaan…”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar