Ada beberapa orang yang memilih diam di tengah hiruk-pikuknya dunia. Mengapa?
Alasan mereka beragam. Ada yang memang merasa nyaman dengan tidak banyak bersuara. (Mungkin mereka berpegang teguh pada pepatah "Diam itu emas".) Selain hemat tenaga, mereka juga terhindar dari huru-hara. Mungkin juga karena mereka tidak ingin terlalu banyak drama. Untuk apa? Apa gunanya bila akhirnya malah sakit kepala?
Memang, tidak selalu baik akhirnya bila apa-apa hanya dihadapi dengan diam saja. Dunia sekitar mungkin akan berpikir tidak apa-apa bila kita diinjak, dihajar, atau semacamnya. Toh, kita tidak akan berisik membela diri atau melawan. Paling-paling kita hanya akan lari atau diusir pergi.
Terkadang kita memang perlu bicara, namun apa jadinya bila kita selalu dibantah dan tak jua didengar? Yang ada hanya lelah. Saat kembali terdiam, kita kerap dituduh lemah, kalah, atau mengaku kalah. Salahkah? Entahlah. Mungkin kita terpaksa mengalah atas nama menyelamatkan kewarasan pribadi. Mungkin kita sudah berusaha keras meyakinkan mereka, meski masih tak cukup juga.
Selalu ada pilihan. Biarkan mereka memilih bicara sepuasnya, berharap akan selalu didengar dan diikuti - tanpa memberi kita sedikit pun giliran atau sekedar ruang untuk bernapas. Teruslah berpikir positif, meski tak semua ide dan rencana harus selalu kita bagi pada dunia. Toh, belum tentu mereka tertarik juga. Salah-salah mereka hanya tertawa.
Dalam diam, selalu ada rahasia. Hanya Ilahi Sang Maha Penjaga. Yang manakah diamnya Anda?
Ssst, sudahlah. Tak perlu juga bilang-bilang sama saya...
R.
(Jakarta, 15 Mei 2014)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar