Jumat, 23 Mei 2014

"WAHAI, YANG MENCINTA"

Apa kabar, cinta? Ada apa denganmu, wahai yang sedang jatuh cinta dan mencinta?

Sudah lama saya tidak menyapa. Entah mengapa, diam-diam benak ini yang gelisah diliputi tanya. Mungkin karena sudah terlalu lama saya menghindar, menyingkir dari tajuk utama.

Selama ini, saya memilih menjadi penonton saja. Mengapa? Kehilangan membuat saya lelah. Tak hanya sedih, mungkin saya juga tengah muak. Saya bosan selalu harus mengalah dan (merasa) kalah. Lagi-lagi peran yang sama dalam dunia cinta, semua atas nama harga diri dan kehormatan seorang wanita. Jangan terlihat putus-asa, kata mereka. Kamulah sosok istimewa. Tak perlu menangisi mereka yang tak bisa 'melihatmu' - utuh dengan mata batin mereka yang sulit terbuka. Kamu hebat, selalu diam di tempat - berusaha tidak mengejar, bahkan saat mereka beranjak pergi dan belum tentu kembali. Kau bahkan masih bisa tersenyum, meski dengan setengah hati. Kamu sadar, takkan semudah itu kamu mati - meski pedih begitu menyayat - seakan tanpa henti. Semua kerap terjadi, terutama pada malam-malam sunyi. Hanya kamu sendiri. Selalu begini.

Ha-ha, bukankah dunia begitu mencintai orang-orang yang (sok?) tegar? Dari tampak luar, mereka terlihat tidak merepotkan. Tidak berisik mencari perhatian. Bukan pencinta drama. Mereka cukup diberi ruang kebebasan untuk menjadi diri sendiri. Sisanya? Biarkan mereka yang berusaha.

Bagaimana bila mereka lelah? Apakah berarti mereka kalah dan lemah?

Lagi-lagi, entahlah. Karena itu, biarkanlah saya menjadi penontonmu. Janji saya hanya satu: saya tidak akan banyak bicara. Sudah terlalu banyak tatapan sinis, mulut nyinyir, dan suara sumbang di luar sana. Ah, biarkan saja mereka - kasak-kusuk sesukanya! Mengapa pula kau harus bersembunyi dari mata dunia? Perasaanmu, keputusanmu - sama sekali bukan urusan mereka.

Jika memang cinta, perjuangkanlah. Namun, wahai sang pencinta, tak ayal saya kerap bertanya-tanya. Siapkah kamu bila ternyata semua berakhir dengan duka? Bagaimana bila dia pergi dan takkan lagi kembali? Bagaimana bila dia enggan terus kau ikuti? Dia memang manis dan baik hati, namun apa pun bisa terjadi. Semoga saja, semua ucapannya tak sekedar janji-janji.

Semoga dia takkan meninggalkanmu dengan luka hati dan sendiri. Namun, bila itu sampai terjadi, saya yakin kau masih sanggup berdiri. Dalam beberapa hal, kau sangat berani. Karena hingga kini, diam-diam saya mengagumimu - berharap (suatu saat nanti) saya akan (kembali) seberani itu...

R.

(Jakarta, 22 Mei 2014)

2 komentar: