meski tak banyak waktu.
Mungkin kau sudah lama tahu
di balik sunyinya kalbu.
Katamu, kau bisa membaca mataku
meski kata-kata terpenjara dalam bisu.
Aku ingin sehari lagi denganmu,
meski waktu makin enggan memihakku.
Akankah kau tinggal atau berlalu
saat aku tak lagi sekedar membisu,
saat aksara berhenti membeku?
Maukah kau membantu
longgarkan lidah yang kelu?
Aku ingin sehari lagi denganmu,
tapi Tuhan memang Maha Tahu.
Biarlah Dia membantu.
Biarlah puisi ini mewakili rasa yang masih membeku
kaku membatu...
R.
(Jakarta, 11 Maret 2014)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar