“Bahagia itu pilihan.”
Pasti Anda sering mendengarnya,
entah dilontarkan dengan nada mencibir, (sok?) bijak, atau bahkan yang
ringan-ringan saja. Mungkin yang mencibir tengah kesal pada sosok yang mereka
anggap tukang mengeluh dan kurang bersyukur. Yang (sok?) bijak tengah berusaha
menasihati. Yang bernada ringan mungkin hanya mengingatkan atau sekedar
menghibur. (Atau mungkin juga tidak begitu peduli. ‘Kan setiap orang punya
masalah sendiri-sendiri!)
Entahlah. Yang pasti, setiap
orang punya kebutuhan masing-masing. Standar hidup dan bahagia tiap orang
berbeda-beda. Mungkin ada yang baru berbahagia saat punya pacar. Ada yang bisa
bahagia, bahkan dengan kesendirian mereka. (Tolong, jangan sekali-sekali
menuduh mereka ‘in denial’. Mungkin
saja mereka tengah butuh sendiri agar bisa fokus dengan diri sendiri dulu.)
Ada juga yang baru bahagia
setelah mendapatkan uang banyak, alias kaya-raya. (Jujur, siapa sih, yang tidak
mau? Pertanyaannya: berapa banyak yang rela bekerja keras untuk itu?) Ada yang
memilih hidup berkecukupan, asal berada di lingkungan yang nyaman dan dekat
dengan orang-orang yang menyenangkan.
Agak aneh juga bila seseorang
lantas memaksakan standar bahagia mereka kepada orang lain. Ada juga yang
menganggap kita cengeng dan lemah, (hanya) karena merasa kita kurang bersabar
menghadapi situasi tak enak yang ada dan berusaha mencari kebahagiaan lainnya
di luar sana. Cibiran mereka mungkin seperti ini:
“Payah, baru gitu aja udah nyerah!”
Benarkah? Benarkah semua yang
mundur teratur pastinya pengecut? Benarkah harganya selalu semati itu?
Bila Anda termasuk yang dapat
berbahagia dalam kondisi apa pun, selamat. Mungkin Anda termasuk manusia super
langka, dambaan sejuta umat. Syukur-syukur Anda dapat menularkan kebahagiaan
Anda pada orang lain, agar hidup semakin menyenangkan, semua orang sehat dan
dapat berpikir positif.
Dengan kata lain, tak perlulah
Anda malah menyombongkan kebahagiaan Anda pada orang lain dan berharap mereka
mau mengikuti jalur Anda. Siapa tahu, mereka ditakdirkan untuk peran yang
berbeda. Tak berarti Anda yang selalu lebih kuat, lebih baik, dan lebih
segalanya daripada mereka, bukan?
Bagi Anda yang sedang berusaha
untuk lebih berbahagia, jangan menyerah. Apa pun pilihan Anda nantinya,
pastikan Anda siap menghadapi segala konsekuensinya – tanpa rasa sesal. Akan
selalu ada pro dan kontra dari sekitar Anda.
“Bahagia itu pilihan.” Memang, tapi hanya Andalah yang tahu standar
hidup bahagia Anda.
R.
(Jakarta, 17 Mei 2014)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar