Aku hanya ingin meminjam
bonekanya sebentar. Seharusnya Dina nggak boleh pelit. Ibu hanya bisa ngasih
satu, itu pun hasil dari berburu di Bantar Gebang – sembari mengumpulkan
plastik untuk daur ulang. Boneka itu lalu dicuci di sungai sebelum diberikan
pada kami.
Namun, Dina egois. Dia sama
sekali nggak mau aku menyentuh boneka itu. Malam itu, Ibu lagi menerima
tamu-tamu langganannya di rumah Mamah Eka. Aku dan Dina ditinggal berdua di
rumah.
“Sini! Itu punyaku.” Kali
ini, entah kenapa, aku bosan mengalah. Setelah tarik-tarikan boneka, dengan
marah kudorong Dina hingga jatuh keluar jendela...dan kecebur sungai. Arusnya
lagi deras.
Serem :(
BalasHapusJangan pernah meremehkan orang yang biasanya diam saat di-bully atau terus dipaksa mengalah. :) Biasanya mereka menyimpan bom waktu yang bisa sewaktu-waktu meledak.
Hapusjahatt bangett
BalasHapusJangan pernah meremehkan orang yang biasanya diam saat di-bully atau terus dipaksa mengalah. :) Biasanya mereka menyimpan bom waktu yang bisa sewaktu-waktu meledak.
Hapusbtw, ibunya kerja apa sih? kok memulung iya, 'terima tamu langganan' juga iya?
BalasHapusSerabutan...apa pun untuk bisa menghidupi keluarganya...:)
HapusAda kata-kata tak baku di beberapa kalimat ... ;)
BalasHapusBerdasarkan pertimbangan profil psikologis, kelas sosial, dan demografi (anak yang terhimpit kondisi ekonomi keluarganya - dan mungkin tidak sekolah serta menyadari betapa keras hidupnya. Kalo mau sesuatu harus berjuang lebih keras dari teman-teman sebaya, bahkan kalo perlu sampai harus rebutan boneka sama kakaknya sendiri.)
HapusJahat? Mungkin dia tidak sengaja. Hanya marah.
Ada kata-kata tak baku di beberapa kalimat ... ;)
BalasHapus