Aku
bak sebongkah daging
segar
menggiurkan di matamu
Matamu
melebar bak mata lapar si kucing
atau
mungkin juga anjing
Yang
mana persisnya, aku tak tahu
Lidahmu
terjulur
menetes-neteskan
air liur
Matamu
liar dan terlalu jujur
Moralmu
kehilangan tolak ukur
sementara
aku hanya ingin kabur
Bisa
jadi rapat aku terbungkus
namun
kau tetap ingin mengendus
Ah,
kau selalu salahkan naluri
yang
alami, minta dimaklumi dan dikasihani
meski
kerap menggelapkan nurani
Bila
bagimu aku tak lebih dari sebongkah daging,
jangan-jangan
kau memang seekor anjing!
R.
(Jakarta,
20 Mei 2015 – 16:50)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar