Sebuah
pesan singkat singgah di ponselku: “Mak,
nyalakan internetnya, dong! Mau pulang, nih.”
Awalnya
tak kugubris. Namun, pas tengah malam kedua, pesan itu muncul lagi. Selalu dari
nomor yang sama: 865-664-258.
Lama-lama aku kesal. Kubalas pesan
aneh itu: “Ini siapa, sih?”
Anehnya,
pesan balasanku tidak terkirim. Kucoba menelepon nomor itu. Yang kudengar hanya
nada sambung tiga kali sebelum akhirnya terputus.
Esoknya, aku bercerita pada
sahabatku, Bintang. Bintang yang sangat suka misteri langsung tertarik.
“Mana?” Ketika kutunjukkan pesan itu
berikut penjelasan mengenai yang sudah pernah kulakukan untuk mencari tahu niat
si pengirim, tiba-tiba Bintang punya ide: “Coba forward ke aku, deh.”
“Oke.”
Buru-buru Bintang mengecek
ponselnya. Keningnya berkerut. “Hmm,
aneh.”
“Kenapa?” tanyaku penasaran. “Nggak
kekirim?”
“Kekirim, sih,” jawab sahabatku. “Cuma,
nomornya bukan dari nomor kamu.”
“Hah?” Oke, sekarang ini beneran
aneh. Masa pesan yang ku-forward ke ponsel
Bintang keluarnya bukan dari nomorku, tapi dari 865-664-258? Nggak mungkin
banget. “Mungkin kamu juga dapet kali, sementara pesanku belum keterima.”
“Kok bisa, ya?” Giliran Bintang yang
mencoba menelepon nomor itu. Sama seperti kasusku, tidak bisa. Lagi-lagi yang
terdengar hanya nada sambung tiga kali sebelum terputus secara otomatis.
Kami bertukar pandang. Sayangnya,
bel keburu berbunyi. Kami pun batal melanjutkan obrolan dan mulai belajar hari
itu.
Sesaat aku melupakan soal pesan aneh
itu di ponselku...dan sekarang juga ponsel Bintang tentunya. Namun begitu malam
tiba, saat aku tengah menyalakan internet, tiba-tiba Bintang menyapaku lewat chatroom messenger di Facebook:
“Lan,
aku takut.”
“Kenapa?”
“Ada
yang terus berusaha add aku, tapi anehnya punya akun yang persis sama denganku.
Plek-plek seisinya. Udah aku reject terus dan bahkan sampai blokir, tapi entah
kenapa dia berhasil masuk dalam daftar temen-temenku.”
“Hacker
kali.”
“Nih,
sekarang udah kucoba remove dia berkali-kali, masih aja ada. Balik lagi terus,
Lan. Kublokir lagi juga nggak bisa.”
“Sebentar,
aku cek dulu.” Aku beralih ke profil Bintang dan daftar
teman-temannya. Tidak ada apa-apa. Semua tampak normal.
“Nggak
keliatan, Tang,” ketikku membalas pesan terakhirnya. “Di situ masih ada?”
Tak
ada respon. Hening. Kuketik lagi: “Bintang?”
Sama
saja. Kutelepon, tidak diangkat. Ah, sudahlah. Mungkin Bintang ketiduran. Besok
saja aku tanya.
Tak pernah kusangka, itulah malam
terakhir aku mengobrol dengannya. Keesokan harinya, orang tua Bintang
melaporkan kehilangan putri tunggal mereka. Anehnya, dia seperti raib tanpa
jejak. Yang ditemukan di kamarnya hanya baju tidurnya di atas kursi, depan
komputer yang masih menyala.
Pesan misterius itu juga mendadak
lenyap dari ponselku, meski aku masih sempat iseng-iseng menebak kode dari
nomor telepon itu:
865-664-258 à TOL-ONG-AKU
Mengapa hanya Bintang yang hilang?
Teori hororku, mungkin gara-gara malam itu dia online duluan di internet sebelum sempat mem-forward itu ke nomor lain. Setidaknya itu pengakuan yang kudengar
dari beberapa orang lain yang juga pernah menerima pesan serupa dan selamat
berkat mem-forward pesan itu ke orang
lain.
“Mak,
nyalakan internetnya, dong! Mau pulang, nih.” Jika kebetulan menerima pesan
seperti itu dari ponselmu, jangan turuti. Segera forward ke nomor lain, demi keselamatanmu. Lebih bagus lagi kalau
setelahnya, kamu bisa memperingatkan penerima pesan berikutnya. Mungkin kamu
akan dianggap gila karena terdengar sangat aneh, tapi lebih baik begitu
daripada tidak sama sekali.
Jd inget pesan ancaman model kaya gini. Tp aku dpt pun gak ngaruh sih. Sugestiin yg baik aja
BalasHapusff e msh misteri, blm greget