Rabu, 09 September 2015

"TREND: MEMBURU ATAU DIBURU?"

Kita semua sudah tahu bahwa trend selalu berganti. Lajunya pun cepat sekali. Ada yang rajin mengikuti, biasa saja, atau malah tidak peduli.
            Kalau Anda termasuk yang mana? Pemburu trend sejati, yang biasa saja, atau yang tidak peduli? Ngomong-ngomong soal pemburu trend, apakah Anda yakin Anda seorang pemburu – bukan sebaliknya?
            Entah kenapa, dari dulu saya bukan maniak trend. Kalau sudah suka sama satu hal, saya akan setia meski dibilang ketinggalan zaman, kuper, dan celaan merendahkan lainnya. Selain itu, saya juga tidak akan repot-repot membeli sesuatu atau mencoba kegiatan baru yang lagi (dianggap) nge-hits atau happening banget, bila dirasa memang tidak perlu atau saya sama sekali tidak tertarik.
            Seperti waktu BlackBerry baru mulai trend. Saya pernah dikomentari rekan kerja: “Ngapain masih pake hape jadul? Ketinggalan banget lo!” Reaksi saya? Hanya senyum dan berlalu. Sebodo’ amat! Kalau saya sendiri memang merasa belum perlu ganti ponsel, lantas dia mau apa?
            Akhirnya saya baru membeli BlackBerry saat ponsel lama saya rusak. Itu pun saat orang-orang mulai beralih memakai Android. Ketinggalan lagi? Pastinya. Bahkan saat BlackBerry saya akhirnya bernasib sama dengan ponsel sebelumnya, baru saya beralih memakai Android. Sementara itu, yang punya budget lebih sudah mulai memakai i-Phone, apalagi yang i-Phone 6.
            Terus? Saya harus panik kayak kambing kebakaran di jenggot, begitu? (Apalagi saya juga nggak pernah terlahir dengan jenggot, jadi bagaimana, dong?)
            Nggak apa-apa sih, bagi yang memilih untuk terus mengikuti trend. Saya enggan menghakimi, berhubung saya sendiri juga tidak sudi dihakimi. Saya hanya bukan tipe yang suka membuang-buang waktu, tenaga, biaya, pikiran, dan perasaan belaka demi menuruti ego semata – mengejar sesuatu yang tak pernah pasti. Jangan sampai acara memburu trend atas nama ‘harga diri’ (alias biar dianggap atau berasa ‘eksis’) berakibat kehilangan jati diri. Toh, tidak semua harus diikuti, karena belum tentu juga cocok dengan selera atau sesuai kebutuhan pribadi. Pada suka selfie? Ya, sudah. Mungkin ada juga yang lebih memilih foto-foto latar lokasi daripada muka-muka beragam seringai. Mungkin ada juga yang memilih menjadikan foto-foto mereka koleksi pribadi, alias tidak perlu dipamerkan sana-sini.
            Jadi, kapan mau berhenti jadi budak trend?


            R.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar