Pernah
dikuntit orang – alias berurusan dengan stalker?
Apakah malah Anda pelakunya?
Mungkin ‘kuntit-menguntit’ atau ‘stalking’
sudah lazim sekarang, terutama dengan fitur ‘follow’ di platform social
media. Mungkin ada yang senang dikuntit, apalagi oleh banyak orang.
Ibaratnya seperti selebriti yang semakin naik statusnya bila semakin banyak
yang ingin tahu tentang mereka, bahkan sedetil mungkin. Kalau sudah begini,
bisa-bisa selamat tinggal privasi.
Namun, ada juga yang merasa tidak
nyaman, bahkan cenderung ketakutan karena lama-lama merasa terancam. Ada juga
yang tidak sadar-sadar juga bahwa mereka sudah menjadi stalker. Ada yang sadar, namun tidak peduli karena merasa yang
mereka lakukan wajar-wajar saja – bahkan merasa berhak. Sejauh apa tindakan
mereka sampai mereka dapat disebut ‘stalker’?
Kegiatan khas si penguntit /
stalker:
- Membuntuti
dan memata-matai sasaran atau korban. Yang ekstrim bahkan bisa dalam waktu lama
hingga mengabaikan kehidupan pribadi mereka sendiri. Ibaratnya, sosok yang
mereka kuntit seakan menjadi pusat kehidupan mereka.
- Bila
sudah mendapatkan akses langsung untuk menghubungi korban, seperti: nomor
telepon, email, akun social media,
hingga bahkan tahu lokasi rumah, kantor, dan tempat nongkrong, stalker tidak segan-segan melakukan
segala cara untuk menuntut perhatian korban. Bisa menelepon berkali-kali,
mengirim SMS dan email, hingga ‘menyampah’
di laman akun social media korban.
Yang paling parah sampai memata-matai rumah, kantor, hingga tempat korban biasa
mangkal – apalagi bila sudah saling kenal.
- Bukannya
senang, sasaran malah merasa tidak aman dan nyaman, sering menghindar, hingga
jadi tidak berani pergi sendirian. Bahkan, bukan tidak mungkin korban akan
marah atau ketakutan.
- Stalker akan
berusaha mencari segala bantuan dan dukungan untuk memata-matai korbannya. Bila
gagal, mereka akan sakit hati dan mencoba mempengaruhi orang-orang sekitar/terdekat
korban, entah untuk membenci atau ikut menyakiti si korban. (Kasus ini berlaku bila stalker dan korban
saling kenal, bahkan pernah menjalin hubungan asmara.)
- Stalker tidak
suka ditolak. Bahkan, ujung-ujungnya mereka berpotensi menjadi pelaku
kekerasan, mulai dari mengirim pesan ancaman, memfitnah/menjelek-jelekkan
korban, meneror, menyakiti, hingga...membunuh.
Alasan seseorang menjadi stalker:
Kasih
tak sampai (cinta bertepuk sebelah tangan karena tidak pernah berani menyatakan
atau sosok idaman telah berdua/mencintai orang lain), patah hati/sakit hati
karena ditolak/putus, dendam, rival yang ingin mencari kejelekan
saingan/menjatuhkan lawan, hingga obsesi irasional sebagai ciri gangguan jiwa
serta kurang kerjaan.
Yang berpotensi menjadi stalker:
Penggemar
berat, rival, pacar/pasangan posesif dan cemburuan, mantan yang sakit hati,
hingga psikopat yang entah kenapa bisa mendadak tertarik dengan korban. Namun,
mayoritas pelaku penguntitan adalah sosok yang juga mengenal korban.
Bila Anda stalker:
1. Penggemar
berat: ada cara lain menjadi penggemar yang lebih ‘sehat’. Bisa dengan mendukung si
selebriti demi kemajuan karir mereka atau – kalau beruntung – berusaha menjadi
teman mereka. (Catatan: bahkan sahabat paling dekat pun tidak selalu harus
bersama.)
2. Pacar
/ pasangan posesif dan cemburuan: Pacar atau pasangan yang
sedang bersama Anda sekarang jangan disamakan dengan barang kepemilikan. Kalian
sama-sama manusia, ‘kan? Hanya rasa saling percaya, pengertian, dan
kesetiaan-lah yang dapat mempertahankan sebuah hubungan. Jangan salahkan mereka
bila lama-lama tidak tahan dengan sikap Anda yang mengatur mereka sesuka maunya
Anda.
3. Mantan
yang sakit hati: apa pun penyebab berakhirnya hubungan
kalian, menguntit mereka terus-terusan tidak akan menjamin mereka mau kembali
bersama Anda. Anda pasti juga tidak suka dipaksa, bukan? Cobalah berdamai
dengan masa lalu. Bila belum bisa berteman atau mantan enggan berbicara dengan
Anda, ada baiknya menjauh terlebih dahulu – minimal untuk menetralkan perasaan
dan suasana.
4. Rival: apa
untungnya mencari keburukan lawan dan mengganggu hidup mereka? Fokuslah pada
kelebihan Anda daripada sibuk mengurusi kekurangan orang lain.
5. Tidak
sadar kebiasaan menguntit Anda mengganggu mereka?
Mungkin ini saat yang tepat untuk berobat ke ahli jiwa.
Bila Anda yang dikuntit /
dibayang-bayangi si stalker:
1. Acuhkan
saja.
2. Bila
mereka masih mengganggu, beritahu mereka baik-baik bahwa perbuatan mereka
membuat Anda merasa tidak nyaman – terutama bila Anda dan si stalker kebetulan saling mengenal.
3. Mereka
masih keterlaluan? Mulailah membatasi akses mereka agar tidak lagi bisa
mengganggu Anda. Blokir nomor HP, email, hingga akun social media mereka.
4. Tidak
perlu ‘curhat’ terlalu banyak di social media mengenai lokasi keberadaan
Anda saat ini.
5. Libatkan
keluarga dan teman untuk melindungi Anda. Jika terpaksa pergi sendirian,
beritahulah orang-orang terdekat mengenai keberadaan Anda. Bawalah semprotan
merica atau taser / stun-gun (pistol kejut listrik) kalau perlu.
Ikut kelas bela diri dan sering berlatih juga membantu.
6. Jika
terpaksa, ganti nomor HP dan pindah tempat tinggal. Cukup ceritakan pada mereka
yang memang perlu tahu keberadaan Anda.
7. Libatkan
aparat hukum bila merasa si stalker semakin
mengancam keselamatan Anda. Jangan lupa simpan semua bukti ulah si stalker, seperti: SMS, email, screen capture komentar mereka di laman social media Anda – apalagi yang bernada
mengancam. Lebih baik lebay tapi
aman.
R.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar