Diam tak
selalu emas.
Rasanya
seperti menahan napas,
sebongkah
rahasia yang menyesakkan.
Akankah dalam
diam kau bertahan?
Lihat, diam
membuatmu blingsatan.
Saat ini bukan
emas yang kau butuhkan.
Lihat,
susah-payah kau menahan air mata.
Hatimu enggan
lagi teracuni dusta.
“Mengapa ini harus cinta?
Tuhan, mengapa harus dia?”
Kau tak pernah
meminta perasaan ini,
meski
dengannya, kau bebas jadi diri sendiri.
Haruskah rasa
ini kau pungkiri?
Percuma, yang
ada malah pedih setengah-mati.
Tuhan, apakah
ini cobaan?
Jalan manakah
yang akan Kau tunjukkan?
Hingga saat
ini, diam masih juga kau telan.
Entah sampai
kapan?
Sampai hatimu
mendingin lagi tanpa hadirnya?
Sampai benakmu
berhenti dihantui biru matanya?
Saatnya
berhenti diam, demi cinta.
Mungkin saja,
lagi-lagi kau akan terluka.
Setidaknya,
kau harus mencari jawaban.
Tak banyak
waktu, tak banyak pilihan,
sebelum dia
berlalu tinggal kenangan...
R.
(Jakarta,
27 Juli 2014)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar