Sang ego datang
memasuki ruangan dengan langkah panjang-panjang
menatap pongah seisi ruangan.
Ah, ini melelahkan.
Suaranya kerap berkoar-koar,
liar penuh kebanggaan.
Aku sendiri hanya tersenyum masam dalam diam.
Sang ego bermental bocah
haus akan pengakuan bahwa dialah sejatinya pria
merasa tahu dan bisa segalanya.
Ah, sudahlah.
Berdebat dengannya hanya berbuah lelah.
Biarlah dia sesat dalam angannya,
sementara kucari damai dan kebenaran di luar sana...
R.
(Jakarta, 5 Juni 2014)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar