Terlihat ragu di matamu,
wahai Yang Mulia.
Sudah lama berlalu
sejak kepergian Sang Raja.
Apa yang akan kau lakukan?
Akankah semua tetap sama?
Jangan, kumohon jangan.
Jangan biarkan mereka menguasai istana.
Sayang, kau lebih memilih diam.
Terlalu lama kau biarkan mereka merajalela.
Aku sudah terlalu lelah oleh geram.
Inilah akibatnya terlalu memanjakan mereka.
Ah, sudahlah.
Aku ini siapa?
Kita mungkin memang sedarah,
namun aku bukan Sang Putri, melainkan Mantan Penjaga.
"Mengapa kau begitu sinis, Nak?
Kalian semua sama."
Ya, ya - tentu saja.
Seperti biasa, anggap saja aku (lagi-lagi) hanya terlalu perasa.
Terlihat takut di matamu.
Apa gunanya?
Mengapa kita lebih memilih menyangkal karena rasa malu,
daripada menerima kenyataan di depan mata?
Mau menanti sampai kapan, Yang Mulia?
Aku takut mereka bisa mati di tangannya
atau tumbuh menjadi sepertinya
monster dengan kebengisan yang nyata!
R.
(Jakarta, 9 Juli 2014)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar