Rabu, 17 Juni 2015

CURHAT SEORANG MUALAF

Ramadan tahun lalu, seorang kawan yang waktu itu baru saja menjadi seorang mualaf curhat begini:
            “Kenapa sih, orang yang lagi belajar puasa sering banget ditanyain: ‘Udah batal berapa?’ “
            Ups. Sepertinya pertanyaan itu membuat kawan saya tersinggung.
            Mungkin kita (bagi yang berpuasa, ya) sering mendengar pertanyaan itu waktu kecil, baik dari keluarga sendiri maupun teman. (Atau mungkin kita juga suka bertanya begitu pada orang lain.) Niat si penanya mungkin tidak jahat. Entah sekedar basa-basi, hanya bercanda, atau mungkin untuk saling mengingatkan atau bahkan menyemangati.
            “Kalau niatnya memang hanya untuk menyemangati, kenapa nanyanya kita udah batal berapa hari?” bantah kawan saya lagi. Rupanya dia masih tidak terima. “Kenapa nggak nanya yang lain aja? Kesannya kalau nanya kayak gitu seperti mengharap kita gagal!”
            Uh-oh. Oke, sebelum menuduh kawan saya yang mualaf terlalu sensi, mungkin ada baiknya juga untuk saling introspeksi diri masing-masing.
            “Udah batal berapa?” Pertanyaan itu mungkin masih cocok untuk anak-anak kecil (terutama bagi yang belum puber atau akil baliq) yang – biasanya – masih baru belajar berpuasa. Namanya juga anak-anak, ada kalanya mereka masih belum sanggup berpuasa sehari penuh. Ada kalanya mereka hanya sanggup setengah hari atau batal karena sebab-sebab tertentu, seperti merasa lemas karena tidak kuat atau jatuh sakit.
            Bagaimana dengan mualaf yang rata-rata sudah dewasa? Hmm, mungkin harus pakai pendekatan berbeda. Pertanyaan “Udah batal berapa?” mungkin sebaiknya diganti dengan pertanyaan lain yang bernada lebih suportif dan positif. Seperti “Masih semangat puasanya?” misalnya. Atau, ajaklah saudara / saudari baru kita untuk mengalihkan perhatian mereka dari perasaan lapar dan haus dengan beragam kegiatan positif, seperti belajar agama atau membaca Al-Qur’an bersama misalnya. Masih banyak yang bisa kita lakukan untuk mereka daripada sekedar mengecek apakah puasa mereka sudah batal sebelum waktunya apa belum. Meski memang masih dalam tahap belajar, mereka bukan lagi anak kecil.
            Bagaimana bila mereka keburu batal puasa sebelum waktunya, entah karena lupa, belum kuat, atau malah sakit? Jangan terlalu keras pada mereka, terutama yang masih baru sekali belajar. Teruslah memompa semangat mereka agar tidak mudah menyerah dengan ucapan-ucapan yang baik dan menyejukkan. Ingatkan mereka untuk membayar puasa yang sudah terlanjur batal untuk bulan-bulan lainnya.
            Ini hanya saran saya, lho. Mohon maaf bila ada yang tidak berkenan atau tersinggung. Sisanya seperti biasa: wallahu alam.


            R.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar