Aku ingin membencimu, cinta.
Entah kenapa dulu aku terlena,
terbawa angan entah kemana,
hingga akhirnya terkapar tanpa daya.
Haruskah kukutuk hari itu,
saat pertama kita bertemu?
Kukira kita akan menjadi satu,
bukannya aku malah terbunuh pilu.
Ah, tak heran kau berpura-pura.
Kau ingin sembunyikanku dari mata dunia
berlagak kita tidak pernah ada apa-apa,
tak peduli aku yang makin terluka.
Bagimu, cinta hanya mainan.
Mudah terucap, lenyap sekejap.
Bodohnya aku yang termakan
racun yang kerap membuatku terlelap.
Kini aku terhajar realita.
Telah lebar mata ini terbuka.
Kau beruntung, sayang, masih dapat melenggang bebas tanpa cela,
sementara dunia hanya mengutukku...karena aku yang wanita.
R.
(Jakarta, 15 Juni 2014)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar