Sebelum
menjawab pertanyaan di atas, istilah internet
troll mungkin belum banyak terdengar – meski pelakunya sudah dimana-mana
dan tampaknya makin merajalela. Mungkin bila Anda cukup teliti menilik
respon-respon pada konten-konten di blog atau social media, Anda langsung bisa menemukan yang mana yang termasuk
kategori internet troll. Bahkan yang
paling mengerikan – Anda sendiri pun berpotensi melakukan trolling, alias menjadi internet
troll juga. (Hiiih!)
Sadar tidak sadar, hal itu bisa saja
terjadi. Namun, sebagai orang awam, bagaimana cara mengenali internet troll?
1.Tipikal bully.
Baca saja dari cara mereka
berkomentar – entah itu di blog, situs berita resmi, atau tautan artikel
mengenai suatu hal. Entah selalu negatif, berupa serangan bernada SARA (Suku,
Agama, Ras, dan Antar-golongan), atau ejekan – bahkan kadang hanya dari sekedar
membaca headline tanpa (mau
repot-repot) membaca artikelnya. Kadang suka tiba-tiba #OOT (out of topic) alias nggak nyambung sama sekali. Kadang
menyerang user sebelumnya yang sudah
duluan berkomentar. (Padahal saling kenal saja juga tidak, hehe.)
Tujuannya? Tentu saja sengaja bikin
keki pihak-pihak tertentu, memancing perdebatan panas – terutama antar user. (Baca: mengadu domba.) Pokoknya,
sekadar ‘meramaikan suasana’.
2.Terus memanas-manasi.
Pernah baca komentar-komentar di
bawah tautan sebuah artikel. Kesannya ‘penting’,
karena kok tidak habis-habis? Si A mencela, si B membalas, si A membalas si
B lagi, si C membela B, dan seterusnya. Kata-kata ‘mutiara sampah’ pun sukses menyesaki laman akibat deretan komentar
yang kian mengular, bikin sakit mata sekaligus panas hati.
Mungkin Anda akan bertanya-tanya
apakah mereka punya kerjaan lain yang lebih penting.
Kalau Anda sampai membuang-buang
waktu dan tenaga (sekaligus pikiran dan perasaan) meladeni orang-orang yang
demikian, berarti selamat – Anda baru saja termakan pancingan internet troll.
3.Sengaja mencari target yang spesifik.
Meski kesannya mereka ‘asal komentar’, sebenarnya mereka
sengaja mencari target yang spesifik. Misalnya, dalam berita kasus kriminal
seperti KDRT (kekerasan dalam rumah-tangga). Internet troll biasanya akan memulai duluan dengan komentar
seperti: “Ahh, paling istrinya yang cari
gara-gara duluan dan durhaka.” (Padahal, belum tentu mereka baca artikelnya
secara keseluruhan. Kenal dengan korban saja tidak!) Layaknya bully di dunia nyata, mereka cenderung ‘menyerang’ target yang (dianggap) lemah
/ rentan secara emosional.
4.Positif sosiopat dan narsis.
Jangan pernah berharap mereka akan
menyesal, meralat komentar mereka, atau minta maaf karena telah menyinggung
perasaan orang banyak. Meski argumen Anda benar dan / atau didukung para user lain, percuma juga meladeni internet troll. Nggak hanya waktu dan tenaga
Anda yang terbuang percuma gara-gara berdebat di laman (apalagi masih banyak
pekerjaan lain di dunia nyata yang sebenarnya jauh lebih penting dan mendesak
untuk segera diselesaikan!) Kalau misi mereka sudah tercapai (yaitu bikin
keributan di dunia maya), biasanya internet
troll akan melakukan satu hal paling pengecut dan kurang ajar: KABUR.
Selain bosan, mereka pastinya juga akan pindah ke situs lain untuk mencari
calon korban baru, siapa pun itu.
5.(Biasanya?) pakai identitas / akun
palsu.
Jarang sekali internet troll yang (cukup ‘bernyali’
atau bodoh) untuk memakai akun dengan identitas asli mereka. Apalagi mereka
sadar bahwa akun mereka selalu bisa diblokir agar tidak lagi mengganggu
kenyamanan para user lain di situs
yang bersangkutan akibat pengaduan user lain.
(Tergantung kebijakan admin.) Kalau itu sampai terjadi, gampang saja. Cukup
bikin akun baru dan mulai dari awal lagi – atau berselancar ke situs lain.
Jadi, bagaimana menghadapi internet troll yang tampaknya kian
merajalela ini?
1.Nggak saling kenal? Ngapain
buang-buang waktu dan tenaga Anda yang sangat berharga? Cuekin saja mereka!
2.Mereka enggan berhenti mengganggu
Anda sampai ke laman pribadi Anda, padahal kenal saja tidak? Anda bisa pilih:
blokir mereka, adukan mereka ke admin situs yang bersangkutan, atau laporkan ke
pihak berwajib – menggunakan UU ITE. (Untuk yang terakhir, itu kalau Anda
bersedia repot, ya.)
3.Seorang teman pernah memberi
saran: tiap kali baca berita di situs resmi atau tautannya di social media, tidak perlu sampai membaca
komentar-komentar para user di bawah.
Bahkan, kalau bisa tidak perlu ikutan kasih komentar sekalian. Nggak wajib
juga, ‘kan?
Bisakah Anda berpotensi menjadi
seorang internet troll? Tentu saja.
Ada baiknya Anda waspada bila mulai mengalami gejala-gejala atau melakukan
hal-hal di bawah ini:
1.Semula berawal dari iseng menggoda
teman / orang lain di dunia maya karena lagi bosan / menganggur. Yang menjadi
masalah, Anda tidak tahu kapan harus berhenti, alias kebablasan!
2.Anda punya satu atau lebih akun
samaran untuk...iseng, misalnya stalking mantan
yang kemudian berujung pada keisengan-keisengan lainnya. (Nah, kalau yang ini
mah, emang udah niat dari awal!)
3.Anda semakin lama menghabiskan
waktu di depan komputer – dan itu pun bukan untuk bekerja.
4.Ini mungkin perasaan paling
ganjil, tapi – entah kenapa – Anda senang sekali bila berhasil bikin banyak
orang marah dan sakit hati atas komentar sadis Anda. Anda bahkan tidak peduli
bila Anda dan mereka sama-sama tidak saling kenal di dunia nyata!
5.Anda cenderung enggan menerima –
atau malah lari dari – kenyataan bahwa di dunia nyata, Anda mungkin sebenarnya
bukan siapa-siapa atau tidak begitu ‘dianggap’.
Yang paling menyedihkan, Anda menjadikan dunia maya sumber pelarian dari
masalah dan stres Anda – serta pemuas ego belaka, karena hanya di sana Anda
merasa berjaya. Ya, berjaya karena menghina orang lain di sana. (Dengan kata
lain, kemungkinan besar di dunia nyata Anda adalah seorang...pengecut.)
6.Anda jadi makin tidak peka
terhadap lingkungan dan situasi sosial di sekitar Anda. Empati Anda...mati.
7.Anda selalu punya alasan – atau
lebih tepatnya, pembenaran – atas semua yang Anda lakukan. Dengan kata lain,
menurut Anda selalu orang lain yang salah. Anda merasa tidak pernah perlu minta
maaf, karena Anda merasa ‘berhak’...apa
pun alasannya!
8.Yang mulai menyadari perubahan
perilaku Anda mungkin akan punya beragam reaksi. Ada yang masih cukup peduli
untuk menegur Anda. Ada yang memilih menjauh, karena toh percuma juga mendebat
Anda yang selalu merasa paling benar sendiri.
9.Anda jadi kepo / usil dengan
urusan orang lain, tapi bukan karena peduli yang kebablasan. Anda sengaja
mencari-cari ‘cacat’ / kesalahan /
kelemahan orang lain untuk dipakai menjatuhkan mereka, karena Anda memang
berhasrat melakukannya.
Bagi yang sudah terlanjur, semoga
segera sadar. (Kalau perlu, silakan konsultasi pada ahli jiwa.) Bagi yang
belum, jangan sampai. Masih banyak cara lain yang lebih positif untuk mengisi
waktu luang Anda – dan menjadi internet
troll bukan salah satunya!
R.
(Jakarta, 24 Maret 2015)
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar