Mengapa
kebiasaan yang satu ini paling sulit dihilangkan? (Hayo, ngaku aja deh – tapi
tenang, nggak perlu sama saya, kok!) Bahkan orang yang paling baik pun – sadar
nggak sadar – pernah melakukan hal ini.
Mungkin ini alasan basi, tapi banyak
yang kerap sulit membedakan antara waspada dengan curiga. Apalagi hidup di
ibukota. Belum lagi bagi yang hobi ber-social
media, yang kadang mudah ‘termakan’ dengan
berita-berita yang belum tentu benar adanya. Atau jangan-jangan Anda hobi
menyebarkan yang demikian?)
Waspada memang perlu. (Bukankah kita
memang wajib menjaga diri?) Namun, apa jadinya kalau waspada bablas menjadi
curiga berlebihan – alias berburuk-sangka? Hidup jadi tidak tenang. Rasanya
seluruh dunia ingin menyerang, baik secara diam-diam maupun terang-terangan.
(Tunggu sebentar, memangnya Anda pikir Anda siapa – pusat semesta? Memangnya pusat semesta dimana? #salahfokus )
Kelanjutannya bisa ditebak: kita
jadi rentan stres. Terus bisa sakit...dan nggak bahagia. Kalau sudah begini,
siapa yang rugi?
Mungkin kita harus mencoba kembali
berpikir positif. Kalau masih tertipu juga? Ya, sudah. Daripada (bisanya) hanya
merengek, meratapi nasib, atau menyumpah-nyumpahi pihak yang telah merugikan
kita (terus-terusan pula!) – mending segera bangkit dan lakukan sesuatu yang
lebih berarti. Bisa menuntut mereka secara hukum (kalau kasusnya memungkinkan.)
Bisa juga lebih berhati-hati lain kali.
Memilih memaafkan pelaku? Selamat,
berarti Anda manusia berhati besar. Kalau tidak? Ya, sudah. Terserah Anda,
selama Anda nggak jadi jatuh sakit karenanya. (Nggak kayak di sinetron-sinetron
alay, belum pernah saya melihat orang
yang benar-benar bahagia karena mendendam!)
Kalau memutuskan untuk berhenti
mempercayai pelaku? Cukup bicara seperlunya sama mereka, alias batasi curhat.
Toh, Anda juga berhak punya privasi. Kesal dan sakit hati itu wajar, tapi nggak
perlulah sampai menyumpah-nyumpahi orang itu agar segera kena sial. Nggak perlu
juga keseringan ngomongin orang itu kepada semua kenalan Anda, sampai kesannya
Anda begitu ‘terobsesi’. Percayalah,
itu nggak akan bikin perasaan Anda lebih baik. Yang ada Anda malah akan sulit
berbahagia, karena masih saja sakit hati sama masa lalu. Gimana enggak?
Diungkit-ungkit melulu, sih! Nggak bosan, ya?
R.
(Jakarta, 15 Maret 2015)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar