Selasa, 21 Juli 2015

"PERCAKAPAN ANTAR MEJA"

Mahogani berkaki satu dan bercakar empat itu sibuk meloncat-loncat. Aku tidak bisa menyalahkannya, karena dua pria besar di dekatnya sesekali menggebrak-gebrak permukaannya sambil tertawa-tawa. Entah apa yang mereka bicarakan.
Sementara itu, kulihat si Jati berkaki dua seperti menari-nari. Seorang gadis pendek dan mungil bertopang dagu di atasnya, sambil sesekali mengayun-ayunkan badannya ke kanan dan ke kiri. Gelas wine-nya sudah hampir kosong. Pipi gadis itu tampak merah, sementara seringai menghiasi wajahnya. Kulihat si Jati tampak senang.
"Aduh, kuharap mereka berhenti menendangi kakiku!" Tiba-tiba kudengar si Besi Hitam berkaki tiga. Bisa kulihat tiga orang yang duduk di sana. Kaki-kaki mereka saling bertabrakan, sesekali menendang kaki-kaki si Besi Hitam. Ah, andai saja mereka bisa mendengar rintihannya...
"Ahh, ada untungnya jadi aku!" komentar si Plastik berkaki empat dengan pongah. "Biar kata dari plastik, aku masih tetap tegak berdiri."
Aku melongo. Baru saja si Plastik berkata begitu, ketika tiba-tiba dia terguling. Dua pria yang sudah amat mabuk berkelahi dan menabraknya.
Aku masih melongo saat sepasang tangan terjulur di atas kepalaku. Aku mendongak. Sosok sahabatku tampak kabur, namun kurasakan dia khawatir.
"Bisa berdiri?" tanyanya datar. Kusambut tangannya dengan susah-payah. Dia membantuku bangun. Berdua kami keluar dari bar, terseok-seok.
Sial, aku kebanyakan minum!
R.
(Ditulis dalam pertemuan The Couchsurfing Writers' Club pada tanggal 9 Juli 2015, pukul 20:00 di Food Court Plaza Festival, Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan. Tema: "Kaki Meja".)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar