Mungkin
aku mencintaimu, terutama setelah Singapura, Bali, dan Bandung - untuk alasan
sama:
Kamu
selalu habis putus. Aku sedang tidak punya kegiatan. Ada yang sok tahu
dengan menuduhku tidak punya teman, selalu menempelimu kemana-mana. Tak perlu
membuktikan mereka apa-apa. Selama ini, kamu selalu baik padaku. Kita tak
selalu sepakat, tapi semua selalu bisa dibicarakan.
Singapura, dimana kita banyak
berjalan dan tertawa. Bali, dimana aku ‘bandel’
sejenak dengan mabuk dan menyesalinya. Aku nyaris tenggelam dan kau menyelamatkanku,
ibarat film-film roman picisan. Semoga Tuhan mau mengampuni semua kesalahanku.
Bandung, saat kau lebih banyak
berurai air mata. Dia nyaris sempurna, katamu
waktu itu. Sayang, kalian tidak mungkin bersama.
Aku memang mencintaimu, tapi aku
tidak sebodoh itu. Aku bukanlah sosok yang akan pernah kau dambakan. Aku juga
bukan mahluk suci. Biar kusimpan rasa ini – berharap akan musnah sendiri.
Sementara itu, mari kita teruskan
perjalanan ini, meski tak selalu bersama...dan mungkin takkan pernah
ditakdirkan berdua...
R.
(Jakarta, 26 Juli 2015 – 13:36)
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusOMG Ruby... *HUGS*
BalasHapus