Senin, 16 November 2015

"ANDAI SAJA (CUMA FILM)"

"Movies copy real life. Sometimes it's just the other way around."
(Film mencontek kehidupan nyata. Kadang sebaliknya.)
"Alaah, gitu aja cengeng. Cuma film."
Sering mendengar komentar miring seperti itu saat menonton film? Mungkin ada adegan yang bikin kita sampai menitikkan air mata. Ada juga adegan yang bikin ngeri - seperti kekerasan misalnya - sehingga kita ditertawakan gara-gara berjengit karena takut.
Mungkin waktu kecil kita kerap bertanya-tanya apakah semua yang di film dapat juga terjadi di dunia nyata. Mungkin lagi-lagi orang tua (dan orang dewasa lainnya) hanya akan menertawakan kepolosan kita.
"Ah, itu cuma di film."
Tuh, 'kan?
Beranjak dewasa, kita makin disuguhi beragam fakta. Ya, film memang dapat mencontoh kehidupan nyata. Makanya suka ada disclaimer : "based on a true story" (diangkat dari kisah nyata) sebelum film tersebut tayang. Bisa juga sebuah film fiksi terinspirasi dari kisah-kisah nyata yang kemudian dijadikan contoh kasus. (Seperti film "Eight Below" - nya mendiang Paul Walker atau serial "Criminal Minds" yang betulan terinspirasi dari para FBI profiler di Quantico, Virginia, dalam menyelesaikan kasus-kasus kejahatan berantai yang kerap di luar akal sehat kejamnya.)
Manakah yang lebih mengerikan, film yang terinspirasi dari kisah nyata - atau sebaliknya? Haruskah kita menyalahkan para sineas dan pembuat serial televisi, bukannya penonton yang baik nalar maupun nuraninya sama-sama terganggu? Contoh: pernah ada pembunuh lolos gara-gara metodenya mengikuti salah satu episode serial "CSI:Miami" hingga sosok bertopeng Joker - musuh Batman yang menembaki para penonton satu ruang teater dalam bioskop.
Ada juga yang tidak mudah terpengaruh setelah banyak menonton film-film beradegan kekerasan. Cuma film, begitu prinsip mereka. Tidak perlu ditiru. Tidak ada gunanya begitu. Lain cerita bila filmnya mengajarkan kebaikan, seperti "Pay It Forward" - nya Haley Joel Osment dan Kevin Spacey. (Percaya atau tidak, masih banyak yang melakukannya hingga kini - hanya suka luput dari mata media hingga jadinya malah dianggap biasa saja.)
Masih ada juga yang tidak bisa membedakan antara 'hanya film' dengan 'dunia nyata' - dan ini bukan hanya asumsi bahwa si aktor pasti sama saja kepribadiannya dengan peran yang dia mainkan dalam film tertentu. Makanya sampai ada yang bawa-bawa tanggung-jawab moral segala.
Dunia nyata sekarang makin terasa luar biasa, jauh melebihi film-film yang ada. Banyak berita yang jadi buktinya. Jujur saja, saya ini - dengan naluri dan harapan saya yang kadang masih rada kekanak-kanakan, terutama bagi banyak orang - masih berharap semua itu hanya film, bukan kejadian nyata. Tidak ada bencana alam seperti gempa. Tidak ada peperangan yang sampai harus mengusir banyak orang dari tempat tinggal mereka, hingga anak-anak mereka tersapu ke pantai di negeri orang tanpa nyawa. Tidak ada terorisme. Tidak ada penembakan di tempat umum yang kini membuat makin banyak orang was-was saat keluar rumah. Tidak ada nyawa melayang dan duka beruntun. Tidak ada amarah, tuduhan, hingga dendam tak berkesudahan. Semua baik-baik saja dan bahagia. Tidak ada lagi yang sampai (harus) terluka.
Saya salah...

R.
(Jakarta, 15 November 2015 - 9:30)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar