Aku ingin melamarmu tepat
pada hari ulang tahunku. Aku tahu, aku terdengar begitu konyol dan kuno, karena
masih saja mengikuti tradisi. Apalagi, bila harus mengikuti tanggal di
kalender, ulang tahunku harusnya hanya bisa dirayakan empat tahun sekali.
Dan jujur, aku sudah kenyang dengan ragam ledekan soal
hari lahirku. Untunglah, kamu orang ketiga setelah Mum dan Dad yang
menganggapku unik. Kita bahkan punya ritual bila tanggal ulang tahun asliku
tidak sedang muncul di kalender:
Kita akan bergadang menjelang 1 Maret. Tengah malam
kalian akan membanjiriku – entah dengan hadiah atau masakan kesukaanku.
Sebenarnya, ada kalian saja aku sudah senang.
Kali ini, aku ingin merayakannya dengan cara berbeda. Di
depan Mum dan Dad, aku berlutut di hadapanmu dengan cincin, sama seperti yang
kalian para lelaki lakukan. Sudah gilakah aku?
“Cillian, will you
marry me?”
Kupejamkan mataku
dengan jantung berdebar-debar keras. Di luar dugaan, kamu ikut berlutut dan
memegang kedua tanganku. Saat kubuka mataku, di tanganmu ternyata juga ada
cincin. Kamu tersenyum geli padaku.
“I guess we’re
thinking of the same thing,” katamu. “Besides,
you needn’t follow that tradition, Sinead. This is 2016, the era of feminism,
remember?”
Kita berdua tertawa,
begitu pula Mum dan Dad. Ah, memang kami orang Irlandia...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar