Minggu, 06 Maret 2016

"TIGA (3) JENIS MANUSIA DI TENGAH PESTA"

Satu malam di sebuah pesta, saya mengobrol dengan seorang kenalan baru. Berawal dari topik yang ringan-ringan saja, hingga berlanjut ke yang agak 'berat' dan sedikit filosofis. (Jiahh!)
Singkat cerita, si kawan baru tampak terkesan dengan saya yang malam itu tampak lumayan PD (percaya diri). Bukan, bukan dari cara berpakaian.
Saya termasuk tamu yang cukup 'lincah' malam itu, berpindah-pindah dari satu kerumunan ke kerumunan lainnya. Mengajak kenalan wajah-wajah baru atau mengenalkan diri sebelum mengobrol. Tidak statis di satu grup saja.
Begitu saya cerita bahwa saya seorang blogger dan selalu tertarik mendengar cerita-cerita orang lain (tanpa bermaksud 'kepo' tentunya), kawan baru saja bertanya:
"Terus, apa yang bisa kamu dapat dari pengamatan kilat malam ini?" Lalu, kami sepakat bahwa ada tiga (3) jenis manusia di tengah pesta:
1. Tipe yang cocok atau/dan berusaha mencocokkan diri.
Jangan salah, tipe ini tidak selalu berarti 'jaim' atau enggan menjadi diri sendiri. Mereka yang masuk kategori ini adalah yang tahu benar cara menempatkan diri dalam situasi saat itu. Mulai dari cara berpakaian, berbicara, makan dan minum, hingga interaksi lainnya dengan sekitar mereka. Lebih bagus lagi bila mereka bisa melakukan semua hal tersebut tanpa harus kehilangan jati diri mereka. Ibaratnya, mereka sudah senyaman di rumah sendiri.
Kekurangannya: eits, jangan salah. Tipe ini juga tidak sempurna. Karena sudah merasa cocok dengan sekitar, mereka cenderung dominan dan (selalu) ingin jadi pusat perhatian. Akibatnya, mereka kurang berempati dan bersimpati dengan tamu pesta yang cenderung pendiam, pemalu, atau canggung secara sosial. Boro-boro mengajak ngobrol, mungkin mereka malah lebih sibuk sama yang sudah bikin mereka merasa jauh lebih nyaman. Apalagi bila itu sahabat lama atau se-geng.
Saran: PD boleh, tapi ingatlah bahwa Anda bukan satu-satunya yang berhak didengar di pesta tersebut. Cobalah untuk keluar dari 'zona nyaman' Anda dengan tidak terlalu asyik dengan geng sendiri, terutama bila Anda yang punya acara. Pastikan semua tamu yang datang merasa disambut, meski misalnya teman/pasangan dari undangan Anda - mungkin - kurang berkelas alias cupu di mata Anda. Nggak perlu bersikap palsu, sopan saja sudah cukup.
2.Tipe yang canggung dan (cenderung) berusaha terlalu keras.
Kemungkinannya bisa dua: diam sekali hingga 'mojok' (hingga terkesan nggak sopan, karena diam saja saat ditegur) atau jadi berisik setengah mati hanya karena ingin kelihatan 'cool' dan 'dianggap'. Keduanya merupakan reaksi khas mereka yang punya masalah dengan kepercayaan diri.
Kadang saking gugupnya, mereka yang masuk kategori ini cenderung melakukan hal-hal yang memalukan tanpa sengaja, mulai dari menumpahkan minuman, salah sebut nama, hingga mengucapkan hal-hal konyol - termasuk yang bisa juga disebut "TMI" (too much information). Aduh!
Kelebihannya: tadi 'kan, sudah menyebut kekurangan mereka. Bagi yang canggung dan cenderung pendiam, biasanya mereka pengamat dan pendengar yang baik. Mereka lebih berhati-hati dalam berbicara, meski kadang terkesan kaku dan cenderung paranoid bagi yang tidak memahami.
Bagi yang sebaliknya, mereka bisa langsung tahu - mana orang yang bisa langsung berempati dengan mereka dan mana yang tidak. Selain itu, biasanya mereka juga cukup tangkas memperbaiki kesalahan mereka dan segera belajar dari pengalaman.
Saran: TENANG. Tarik napas dalam-dalam. Belum nyaman ngobrol? Tidak perlu memaksakan diri. Cukup senyum ramah dan jadi pendengar yang baik dulu saja. Sesekali menjawab pertanyaan mereka juga bisa. Tak perlu berusaha mengesankan orang dengan mengarang cerita yang hebat-hebat tentang diri sendiri. Berbohong sama saja dengan memberi kesan palsu dan - percayalah - tidak semua tamu sebodoh itu. Cukup tunjukkan diri Anda apa adanya.
Bagi yang sudah kepalang 'malu-maluin' di depan umum, cukuplah minta maaf sambil tersenyum. Paling aman sih, Anda jujur dengan yang punya acara bahwa Anda merasa agak gugup. Siapa tahu ada tamu yang berbaik hati dan berusaha membantu mengurangi kecanggungan Anda.
Jika ada yang Anda kenal dekat di pesta (atau mungkin yang punya acara sahabat Anda), bolehlah meminta tolong mereka untuk sementara menjadi mediator Anda dengan tamu-tamu lain, hingga akhirnya Anda merasa cukup 'aman dan nyaman' untuk maju sendiri.
3. Tipe cuek.
Oke, Anda termasuk orang yang sangat percaya diri dan tidak begitu memikirkan pendapat orang lain. 'Jaim' tidak ada dalam prinsip Anda. Anda benar-benar menjadi diri sendiri dan merasa tidak perlu membuang-buang waktu dan tenaga untuk berusaha mengesankan/menyenangkan orang lain, apalagi sampai berpura-pura. Mereka suka Anda, syukur. Kalau enggak, Anda juga tidak akan menderita atau mati karenanya.
Intinya, Anda bukan tipe yang mudah di-bully. Kalau ada tamu pesta yang melirik Anda dengan ekspresi mengejek atau merendahkan, mungkin Anda malah balas memandang mereka tanpa ekspresi atau dengan perasaan geli...atau malah lewat saja, menganggap mereka tidak ada. Rutinitas a la "Mean Girls" bagi Anda tidak berguna.
Kekurangannya: baguslah bila Anda cukup percaya diri menghadapi segalanya. Namun, jangan sampai bablas - cenderung tidak sopan, kasar, dan tidak tahu aturan. Kebiasaan Anda untuk ngomong blak-blakan membuat Anda terkesan tidak peduli dengan perasaan orang lain. Jujur boleh, tapi yakin mau sampai mengajak orang lain bermusuhan? Jangan sampai kemudian Anda di-blacklist untuk undangan-undangan pesta berikutnya. Itu kalau Anda peduli lho, ya.
Saran: tetap PD tanpa melupakan aturan dan tata cara yang berlaku saat datang ke pesta. (Ini tidak disamakan dengan munafik atau bersikap palsu, ya.) Cobalah untuk lebih mengenal tamu-tamu yang ada dan mengingat nama dan wajah mereka. Selain itu, jangan lupa dengan membiarkan mereka gantian bercerita, karena bukan Anda saja yang berhak didengar.
Ada yang tidak nyaman atau bahkan tidak suka dengan kehadiran Anda di sana? Selama Anda yakin Anda tidak pernah menyakiti mereka, kenapa harus kepikiran? Toh, kita tidak bisa menyenangkan semua orang.
"Jadi, kamu termasuk yang mana?"
Saya tersenyum pada kawan baru saya.
"Tergantung mood dan suasana."
R.
(Jakarta, 28 Januari 2016 - 7:00)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar