Penindas, perundung, peneror. Tiga kata terjemahan itu cocok sekali untuk menggambarkan sosok "bully". Sosok yang menakutkan atau menjengkelkan, tergantung reaksi korban atau mereka yang jadi sasaran.
Sudah banyak yang mengulas tema bullying, mulai dari definisi, ciri pelaku, alasan, ciri korban potensial, hingga akibat yang ditimbulkan. Bullying tidak hanya terjadi di sekolah dan korbannya murid yang dianggap lemah/cupu/nyebelin/bikin sirik/dan sebagainya.
Bullying dapat terjadi di lingkungan kerja (ajaib bila pelakunya masih merasa termasuk orang dewasa!) dan bahkan di dunia maya. Ya, tinggal lihat saja di social media yang seharusnya menjadi tempat orang bermain, berkumpul, dan bersenang-senang di dunia maya. Peluang untuk saling mem-bully semakin terbuka, apa pun alasannya.
Bahkan, mem-bully tanpa alasan pun ada. Mengapa? Ya, kurang kerjaan saja. Mungkin juga kurang bahagia - atau malah keduanya: udah kurang sibuk, nggak bahagia pula. Kasihan.
Banyak cara untuk menghadapi para bully, terutama internet troll. Mungkin Anda termasuk yang santai. Mereka mau menghina Anda kayak apa, sebodo' amat. Anggap saja mereka tidak ada. Hidup Anda adalah urusan pribadi Anda.
Ada juga yang stres. Gawatnya, bisa-bisa sampai kepikiran banget hingga mengganggu kesehatan diri, baik fisik maupun mental. Paling parah sampai ada yang menyakiti diri sendiri atau malah bunuh diri. Kalau sudah begini, jangan harap para bully sudi bertanggung-jawab. Bisa-bisa mereka malah menjadi-jadi, mengatai korban dengan sebutan 'cengeng', 'lemah iman', dan sebangsanya. Males banget, 'kan? Sombongnya makin nggak ketulungan!
Terakhir, ada juga yang memilih untuk melawan. Yang memilih untuk tetap waras mungkin akan bersikap cuek saja atau memblokir mereka sekalian. Ada fiturnya, 'kan? Tinggal klik dan hilanglah kesempatan mereka untuk terus mengganggu Anda di dunia maya. Lain cerita bila mereka terus bikin akun baru lagi di tempat yang sama, khusus untuk kembali merongrong Anda dengan teror 'nggak penting' dari mereka. Ya, namanya juga kurang kerjaan. Mungkin saking populernya Anda, mereka sampai mati-matian mencari perhatian Anda.
Banyak yang memanfaatkan UU ITE untuk mengganjar para bully lewat jalur hukum. Namun, tidak sedikit juga yang memutuskan untuk memakai 'cara jalanan'. Ada yang menantang berkelahi di ruang publik. Ada juga yang mengajak bertemu, terus si bully balas di-bully oleh korbannya sendiri di depan umum. Belum cukup puas karena merasa dendam kesumat belum terbalas, adegan tersebut sampai direkam dengan kamera video sebelum diunggah di social media agar dapat ditonton seluruh dunia. Pokoknya jangan tanggung-tanggung, kalau bisa si bully dibikin jatuh sekalian harkat dan martabatnya.
Semua atas nama harga diri belaka...
Dalam sekejap, tak ada bedanya. Semua jadi sama. Bullying berlanjut, nyaris tanpa jeda. Kebencian demi kebencian merajalela. Pelaku mengincar korban dan korban kemudian berubah menjadi pelaku. Lingkaran setan belaka.
Apa untungnya? Kemana dialog dua arah yang menjadikan manusia orang dewasa dan beradab?
R.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar