Tiada
hormat kau dapat
dengan
meneror sesama.
Takut
dari mereka
kebanggaan
kosong belaka.
Kau
mengaku hormati sesama.
Mengapa
aib mereka terus kau buka-buka?
Celotehmu
bikin panas telinga.
Tulisanmu
menyakitkan mata.
Rasa
hormat sang keparat
serusak
besi berkarat.
Bagai
moral perlahan melarat
hingga
semua terlambat.
Wahai,
sosok munafik luar biasa!
Tak
perlu aku jadi terhormat versimu.
Aku
tahu cara menghargai diriku.
Tak
perlu berlagak paling tahu dan sempurna!
R.
(Jakarta,
21 Januari 2014)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar