Rabu, 29 Januari 2014

"SAAT BUS TRANS-JAKARTA TAK LAGI NYAMAN MAUPUN AMAN..."

Baru-baru ini saya membaca status salah seorang teman yang tengah mengandung. Bukannya minta dikasihani atau apa, tetapi dia pernah menggunakan bus Trans-Jakarta dimana tak seorang penumpang muda dan sehat walafiat pun seperti sudi memberinya tempat duduk.

Ada petugas yang membantu dengan menegur salah satu penumpang lelaki agar merelakan kursinya untuk teman saya? Waktu itu tidak. Para penumpang bahkan seperti pura-pura tidak melihat teman saya.

Akhirnya, seorang bapak yang sudah cukup berumur mengalah dan memberi teman saya tempat duduk - setelah teman saya berdiri cukup lama.

Masih banyak cerita lainnya, mulai dari keengganan pengguna untuk mengantri, hingga saling serobot yang berpotensi menimbulkan korban cedera dan pingsan. (Bahkan, sering saya melihat sendiri - orang-orang yang 'katanya' dewasa itu tidak peduli saat seorang anak kecil tergencet di antara mereka hingga menangis kesakitan dan ketakutan. Mungkin mentang-mentang bukan anak mereka!)

Beberapa kali saya juga pernah didorong sampai jatuh, bahkan saat jelas-jelas saya tengah membawa tas berat. Apa pelakunya pernah berhenti untuk membantu saya berdiri - atau minimal minta maaf? Tidak pernah. Malah mereka lebih banyak pura-pura tidak tahu, seakan-akan saya yang kikuk dan tersandung sendiri.

Di tengah-tengah aksi saling serobot dan sesaknya bus Trans-Jakarta oleh jumlah penumpang melebihi kapasitas, selalu ada yang 'aji mumpung'. Entah mencopet atau melecehkan.

Yang terparah baru-baru ini, saat seorang penumpang perempuan pingsan karena sesak napas akibat tergencet penumpang lainnya. Bukannya ditolong, malah dilecehkan - sama empat petugas Trans-Jakarta. Celakanya, mereka malah bebas dengan uang jaminan. Apa kabar keadilan?

Jujur, saya tidak puas. Seharusnya selain ditangkap dan dipenjarakan minimal lima tahun, mereka juga dipecat dan tidak diberikan rekomendasi kemana-mana. (Bahkan, kalau perlu semua identitas mereka dioper ke semua HRD perusahaan dengan peringatan agar tidak mempekerjakan mereka.) Selain itu, boleh juga memakai media agar memasang foto dan identitas mereka. Biar kapok sekapok-kapoknya, sekalian PERINGATAN KERAS bagi yang lainnya agar harap berpikir ribuan kali sebelum melakukan tindakan tercela dan menjijikan tersebut.

Terlalu sadis? Bagaimana, ya? Sepertinya tidak ada perangkat hukum yang bisa membuat efek jera pelaku kejahatan menjijikan seperti ini. Entah kenapa, selalu ada yang mencari 'celah' untuk melanggar peraturan.

Wahai, warga ibukota. Ada apa dengan kita semua? Apakah apatisme telah begitu menumpulkan rasa, hingga tak lagi peduli sesama?

Entahlah. Yang saya rasakan akhir-akhir ini mungkin sama dengan Anda: Trans-Jakarta tak lagi seaman dan senyaman dulu. Tak hanya dari sesama penumpang, sekarang kita pun jadi curiga dan was-was terhadap petugasnya. Mau dibuat bus terpisah untuk perempuan juga belum tentu menyelesaikan masalah, selama belum pernah ada ganjaran setimpal yang membuat pelakunya jera.

Semoga saya tidak disomasi gara-gara tulisan ini, karena saya menulis atas dasar prihatin - sebagai perempuan, sesama pengguna transportasi publik, sekaligus penduduk...

R.

(Jakarta, 24 Januari 2014)

http://www.metrotvnews.com/metronews/read/2014/01/27/5/211040/Petugas-Busway-Pelaku-Pelecehan-Seksual-Lolos-Jerat-Penjara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar