Kehidupan
urban tidak bisa lepas dari penggunaan lift. Lihat saja, nyaris tidak ada
gedung yang tidak berfasilitas lift. (Apalagi yang berlantai banyak. Kecuali
kalau pengelolanya cukup ‘kreatif’ dalam
mengajak pengunjungnya untuk ‘berolah
raga gratisan’. Dijamin banyak yang akan bilang: “Makasih, dah!” lalu mengambil langkah seribu. Sekian.)
Buat yang ingin buru-buru dan tidak
ingin membuang waktu dan tenaga (iyalah!), memakai lift sudah biasa. Lain
cerita bila mereka penderita klaustrofobia (ketakutan irasional akan berada di
tempat sempit dan tertutup, apalagi dalam waktu lama.) Ya, meski sebenarnya
mereka juga belum tentu senang bila harus naik tangga ke lantai delapan, misalnya.
Banyak cerita seputar kejadian di
dalam lift, mulai dari terjebak saat mati listrik – baik sendirian maupun sama
orang lain – hingga kekhawatiran dan rasa takut saat terjadi gempa di tempat
tinggi. Percaya atau tidak, ada lho, yang sampai menolak tawaran pekerjaan –
hanya gara-gara letak kantornya di lantai atas dan cukup tinggi sekali. (Mau
tidak mau harus pakai lift setiap hari!) Alasannya: “Daripada kerja jadi nggak tenang, tiap saat khawatir ada gempa?” Apalagi
bagi yang sudah pernah mengalaminya. Sekali saja cukup.
Belum lagi yang sudah pernah nonton
film-film horor macam “The Eye” dan “Final Destination 2”. (Iya, yang ada
adegan di dalam lift-nya – dengan tingkat keseraman yang berbeda.) Makin nggak
nyaman aja deh, pas naik lift – apalagi kalau sampai dipikirin banget-banget.
(Makanya jangan. Lain kali juga jangan nonton film horor kalau tidak siap
dengan efek sesudahnya!)
Tak hanya rasa takut kejebak di
dalam lift. Ada lagi hal-hal yang dapat menambah rasa takut – bahkan setelah Anda terjebak di dalam
lift, seperti:
1. Kalau
kejebaknya bareng orang yang kalem dan tidak mudah panik sih, syukurlah. Namun
bagaimana kalau tidak, misalnya kejebak sama anggota keluarga – apalagi anak
kecil yang berpotensi lebih banyak menangis ketakutan? Alamat Anda yang harus
memberanikan diri menangani situasi agar satu lift jangan sampai mati kalau
tiba-tiba ada kabel suspensi yang lepas. Hiiih...!
2. Kejebak
seorang diri, tanpa bisa melihat keluar dengan jelas gara-gara pintunya tidak
berjendela (seperti lift di mall). Jadi, nggak tahu pasti penyebab lift
mendadak mati. Gangguan listrik, longgarnya kabel suspensi, atau...korslet
hingga kebakaran? Apalagi bila tombol emergency-nya
juga ikut mati!
Semoga
tidak perlu ada yang sampai mengalami contoh-contoh kejadian di atas saat naik
lift...
R.
(Jakarta, 4/8/2015 –
21:00. Ditulis berdasarkan diskusi apik dalam pertemuan The Couchsurfing
Writers’ Club pada tanggal 30 Juli 2015, pukul 20:00 di Anomali Coffee –
Setiabudi One, Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan. Tema: “Lift”.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar