Selasa, 18 Agustus 2015

"KISAH BARUKU (YANG TAK PERLU KAU TAHU)"


Jadi, kau ingin tahu tentangku? Apa saja yang ingin kau tahu?
            Mengapa kau begitu ingin tahu? Apa untungnya bagimu? Apakah kau sedang berusaha mencari-cari ‘cacat’-ku?
            Maaf, aku bukan siapa-siapa. Aku bukan selebriti ternama, apalagi sang primadona. Aku bahkan tidak tahu caranya menjadi diva. Aku mungkin punya cukup banyak akun social media dan kuyakin aku bukan satu-satunya. Tak ada yang istimewa.
            Lalu, apa yang masih ingin kau tahu tentangku? Kenapa? Untuk apa, sih?
            Kalau kau ingin mencari tahu lewat update akun social media-ku, silakan. Selamat berburu. Kurasa kau akan kecewa, karena tidak banyak lagi yang bisa kau temukan. Tak banyak yang ingin kuceritakan. Untuk apa? Tidak semua perlu kau tahu. Tidak semua harus kubuka pada seluruh dunia. Jika memang demikian adanya, apa lagi yang akan tersisa dariku? Aku bukan milik mereka. Tak seharusnya aku jadi ‘konsumsi’ semua orang, terutama mata-mata yang ‘lapar’ dan ‘haus’ akan drama dan sensasi belaka. Mata-mata yang akan mencari-cari aibku untuk kemudian disebar kemana-mana – semata-mata hanya agar aku terpuruk begitu rendah dan hina, sementara mereka akan tertawa. Ya, tawa puas nan beringas akan nasibku yang (menurut mereka) naas.
            Apakah kau salah satunya? Aku tahu, tuduhan ini takkan pernah sudi kau terima. Andai saja, kali ini aku masih bisa percaya.
            Mengapa? Semua sudah berubah; tidak lagi sama. Kita tidak mungkin lagi bisa seperti sedia kala.
            Dulu kita memang pernah dekat. Saling berbagi cerita, suka dan duka. Masalah keluarga, teman, pekerjaan, hingga cinta. Semuanya. Katamu kita sahabat dan akan selalu demikian selamanya. Kau juga berjanji sama pada mereka.
            Kini, semua tak lagi sama. Tidak bisa. Hanya itu yang kurasa dan aku bukan satu-satunya. Mereka juga. Terus-terang, saat ini kami tak begitu peduli bila kau marah dan terluka. Karenamu, sudah banyak drama yang tidak perlu namun tercipta. Karena itu, kami pun lama-lama lelah dan gerah. Kau paling tidak sudi mengalah.
            Maafkan aku. Maafkan kami yang lama-lama tidak sabar dan (terlalu) lelah menghadapimu. Cukuplah kau tahu aku yang dulu, hanya agar kau selalu (merasa) benar. Aku yang waktu itu sering merasa kesepian di tengah keramaian, sulit dimengerti orang. Aku yang kau anggap cengeng dan lemah tak berdaya, tidak bisa dan tidak mengerti apa-apa.
            Aku yang bagimu seperti tidak tahu terima kasih dan balas budi. Baiklah. Terserah kamu. Sudah lebih dari cukup kulihat banyak posting-mu di social media yang bernada ‘menjatuhkan’ semua yang pernah membuatmu kecewa, baik sengaja atau tidak. (Termasuk aku, tentunya.) Percuma juga bila dulu kita sudah saling memaafkan, bila pada akhirnya kau selalu mengungkit-ungkit cerita lama. Kukira kau sudah rela.
            Mungkin bagimu penting untuk mendapat perhatian seluruh dunia. Maka itu, jangan marah bila aku – dan yang lain – pada akhirnya enggan berbagi cerita. Cukup tahu sekedarnya. Semua berhak punya rahasia.
            Masih ingin tahu tentangku? Sama seperti manusia pada umumnya, aku pun tak sempurna. Namun, aku tak perlu mengaku dosa padamu. Cukup Tuhan yang tahu. Kamu cukup tahu bahwa aku baik-baik saja...dan masih mendoakanmu agar menemukan cara untuk bahagia, tanpa mencari-cari pihak lain untuk dicela.

            Tertanda,

            -Mantan Sahabatmu-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar