Dijamin,
banyak kening yang akan berkerut saat membaca “syarat dan ketentuan yang berlaku” pada produk atau situs mana
pun. Boro-boro baca, mendengarnya saja sudah jiper duluan! Bahkan, saking
jipernya, kebanyakan dari kita pasti lebih memilih tidak membaca semuanya atau
malah skip semuanya saja sekalian. (Hayo, ngaku aja, deh!) Alasannya
standar: mulai dari males, ribet, hingga nggak ngerti bahasa teknis / hukum.
Kalau di kemudian hari terjadi
hal-hal yang tidak diinginkan, ada dua kemungkinan: kita merasa ditipu dan
lantas mencak-mencak ke yang punya produk – atau panik setengah-mati saat kena
tuntutan hukum. Nah, lho! Gimana, tuh? Semua gara-gara tidak membaca semuanya
atau sama sekali.
Bagaimana dengan yang ‘tidak tertulis’ di dunia nyata? Banyak!
Suka tidak suka, mau tidak mau kita terpaksa berurusan dengan “syarat dan ketentuan” yang berlaku
dalam situasi atau relasi tertentu, meski sebenarnya hati tidak berkenan.
Bagi yang tidak punya masalah,
mungkin akan mengikuti tanpa banyak ribut. Bagi yang segan tapi malas ribut,
mungkin masih akan mengikuti – tapi pakai acara ngedumel dalam hati.
Nah, bagi yang tidak suka? Biasanya
mereka juga punya dua pilihan: melawan habis-habisan (tanpa peduli resiko
dimusuhi sejagat) atau memilih hengkang sekalian atau berhenti menggunakan
produk yang bersangkutan. Begitu pula dalam urusan cinta. Wajar bila setiap
orang punya idealisme tertentu mengenai hubungan macam apa yang ingin mereka
jalani...atau kriteria calon pasangan idaman mereka. (Lagi-lagi namanya juga manusia!) Kalau sudah begini, istilah ‘kasih tanpa syarat’ terdengar begitu
utopis. Terlalu sempurna.
Sebelum ada yang keburu berargumen,
benarkah kasih ibu tanpa syarat? Tanpa mengurangi rasa hormat para perempuan
dengan peran mulia ini, bukankah ibu juga manusia – yang punya pengharapan
tertentu pada sang anak – dan bisa lelah juga bila si anak (dianggap) bermasalah?
Sebaiknya tidak perlu dijawab di
sini, karena toh pengalaman hidup tiap orang berbeda-beda. Begitu pula
pemahaman mengenai ‘cinta tanpa syarat’. Ah,
memangnya beneran ada? Mungkin hanya sampai titik tertentu kali. Manusia adalah
mahluk dengan kemampuan terbatas. Sering mereka hanya bisa mencoba mengikuti “syarat dan ketentuan yang berlaku”, bahkan
dengan kelemahan mereka masing-masing...
R.
(Jakarta,
4/8/2015 – 21:00. Ditulis berdasarkan diskusi apik dalam pertemuan The
Couchsurfing Writers’ Club pada tanggal 6 Agustus 2015, pukul 20:00 di Anomali
Coffee – Setiabudi One, Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan. Tema: “Syarat
dan Ketentuan”.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar