Dear “Kamu”,
Coba
tebak? Akhir pekan ini aku akan melakukan sesuatu yang menyenangkan. Bukan,
bukan kencan. ‘Kan, aku masih kembali lajang. Belum ada yang lain. Belum ada
kamu pula. Masih saja kamu tersangkut di alam mimpiku.
Aku
akan menari bersama banyak orang dalam rangka kampanye global anti kekerasan
terhadap perempuan dan anak. Ini pertama kalinya bagiku, jadi aku belum tahu.
Sepertinya sih, akan seru.
Kata siapa
Hari Valentine harus dirayakan dengan
pacar? Lagipula, aku tidak pernah sebegitu tergila-gilanya dalam hal ini. Biasa
saja. Mau pacaran? Ngapain menunggu 14 Februari? Mau kasih bunga atau coklat? ‘Kan
bisa hari-hari lain.
Oh,
ngomong-ngomong soal bunga dan coklat, aku sering sekali melontarkan lelucon
ini setiap Hari Valentine:
“Don’t send me flowers; I don’t eat them. I
only eat chocolate.” (“Jangan kirim aku bunga; aku tidak makan
bunga. Aku hanya makan coklat.”)
Ha-ha, mungkin
kamu akan menganggap leluconku ini garing setengah mati. Biar saja. Aku memang
suka coklat. Aku harus berhati-hati dengan makanan favoritku itu kalau tidak
ingin bertambah menggelembung. Selain tidak sehat, aku ragu sebanyak apa jumlah
lelaki di luar sana yang menyukai perempuan gempal. Bukannya seksis, tapi itu
kenyataan.
Ini sudah hari
kesepuluh aku menulis surat cinta begini. Ajaib aku belum berhenti. Kata
mereka, aku tetap harus percaya dengan keajaiban. Jangan mudah menyerah. Siapa
tahu, setelah bulan ini, kamu benar-benar akan datang ke dalam hidupku. Dan
saat itu aku juga akan benar-benar tahu bahwa itu benar-benar kamu.
Kecuali kalau
aku hanya jadi korban fantasi film-film chickflick
macam “Serendipity”. Karena
itulah aku sekarang menghindari film-film semacam itu.
Tenang, saat
kita akhirnya benar-benar bertemu nanti, kamu tak perlu mengirim bunga untukku.
Mending kita sama-sama menanam bunga saja agar udara sedikit lebih segar karena
ditambah tanaman. Apalagi di Jakarta yang semakin kekurangan oksigen ini
gara-gara semakin banyak pohon ditebang dan semakin banyak gedung dibangun.
Tapi, aku akan
senang sekali bila kamu sesekali membawakanku coklat. Apa yang akan kubawakan
untukmu sebagai gantinya? Hmm, itu tergantung. Yang penting kita harus bertemu
dan berkenalan dulu.
Yang lebih
menyukai coklat daripada bunga,
Nona Separuh Skeptis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar