Kamis, 11 Februari 2016

H12: "SEMOGA KAMU TAHU CARA MEMPERLAKUKAN PEREMPUAN..."

Dear "Kamu",

Apa kabar? Maaf kemarin aku sedang tidak mood untuk bercerita banyak padamu seperti biasa. Ya, gara-gara ponsel rusak yang harus disetel ulang dan kartu ATM-ku yang sempat hilang. Namun, kini aku baik-baik saja.

Aku tidak melihatmu lagi dalam mimpiku semalam. Soalnya, lagi-lagi aku malah melihat dia. Ya, dia yang kemarin meninggalkanku begitu saja. Dia yang memilih untuk sendiri, karena sebenarnya dia tidak pernah tahu apa yang benar-benar dia inginkan dalam hidup. Oh, dia menginginkanku, tentu saja - tapi tidak untuk sesuatu yang permanen. Enak saja, aku lebih dari sekedar untuk 'senang-senang belaka'. (Tahu 'kan, maksudku?)

Sialnya, aku sulit untuk membencinya. Mungkin begitulah anak-anak yang tumbuh tanpa rasa kasih-sayang. Dia pernah cerita, ibunya selalu memperlakukannya seperti kesalahan. Seharusnya dia tidak pernah dilahirkan. Seharusnya ibunya tidak pernah bertemu ayahnya, bila pada akhirnya lelaki itu akan meninggalkannya begitu saja. Begitulah, dia lahir di luar rencana maupun keinginan, namun akhirnya diasuh juga - semata hanya atas nama tanggung-jawab, alias beban. Kasihan, 'kan?

Makanya, akhirnya dia hengkang dari rumah di usia 18. Di antara sekian banyak perempuan yang pernah dekat dengannya, mungkin aku hanyalah satu dari sedikit yang enggan berbuat 'terlalu jauh' dengannya. Itu menakutkan, sayangku, dan ini bukan masalah moral dan agama. Aku tidak ingin berakhir seperti ibunya. Masih ada ragam penyakit yang kian mengintai bila melakukannya secara tidak aman.

Seharusnya cinta membuatmu merasa aman, bukan? Meski dia tidak pernah kasar padaku, dia juga terus menyinggung soal itu hingga aku lelah, malas, marah, dan muak. Tidak seorang pun berhak memaksa seperti itu.

Kita memang belum bertemu - atau dipertemukan - apa pun istilahnya. Jujur, aku tidak peduli seperti apa orang tuamu, selama kamu selalu memperlakukanku dengan baik. Semoga kamu datang dari orang tua yang penuh kasih-sayang, yang mengajarimu cara memperlakukan perempuan dengan baik dan pantas. Namun, bila masa kecilmu kurang bahagia, hanya inilah yang kupinta darimu:

Jangan pernah menyalahkan orang tuamu atas semua kesalahan yang kamu lakukan dan kemalangan yang terjadi padamu. Aku tidak mau bersama lelaki seperti itu. Bertanggung-jawablah dengan semua perbuatanmu sendiri. Itulah ciri pemimpin sejati.

Mungkin aku terlalu perfeksionis. Maaf bila memaksamu, tapi...boleh 'kan, perempuan memilih yang terbaik? Kata siapa itu hanya haknya laki-laki?

Ah, sudahlah. Masih ada sisa Februari. Kamu masih akan mendapatkan banyak surat dariku lagi.

Sampai nanti,

Nona Separuh Skeptis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar