Minggu, 21 Februari 2016

H22: RASANYA ANEH MENULIS UNTUK-MU, YANG SELALU TAHU ISI HATI DAN BENAKKU"

Aku merasa aneh menulis surat ini untuk-Mu. Rasanya seperti menulis laporan untuk bosku, meski rasanya tak perlu. Ruang benakku selalu terbuka untuk-Mu, hingga suara-suara di dalamnya terdengar ke berbagai penjuru. Kau selalu tahu semua masalahku, bahkan saat aku terlalu takut dan malu untuk mengadu. Kau selalu tahu semua bimbangku, meski kadang menunggu. Ya, menunggu kemana aku akan berlalu. Menunggu aku datang sendiri kepada-Mu, terseok-seok dalam genangan lumpur dosa-dosaku.

Aku merasa aneh menulis surat ini untuk-Mu, karena Kamu pasti sudah lama tahu. Selalu begitu, sejak proses penciptaanku seperti proses-proses lainnya. Bagaimana tidak? Semua ini adalah laboratorium raksasa milik-Mu. Bila kami dianggap gagal, Kamu tinggal menghancurkan kami. Sekecil dan sehina itu nilai hidupku.

Aku masih merasa aneh, namun kulakukan juga. Mungkin karena ada kalanya aku kehabisan kata-kata, hingga doa tercekat di ujung lidah. Ada rasa khawatir bahwa doa yang sebentar lagi terucap tak sejalan dengan isi benak dan hati ini. Aku tahu, Kamu akan selalu tahu. Semua cinta dan benciku, semua bahagia dan sedihku. Semua amarah dan dendamku, termasuk fakta bahwa - hingga kini, aku masih punya kesulitan untuk memaafkan dan berdamai. Bagaimana mungkin aku bisa mencintai bila masih begini?

Sabar-Mu tak berbatas, kecuali sepanjang usia kehidupan ini. Akulah mahluk tak tahu terima kasih, tak pernah benar-benar menghargai semua cinta-Mu. Akulah yang masih dan akan selalu harus terus belajar, dengan harapan Kamu masih sudi memberiku waktu. Untukku, yang sebenarnya sama sekali tidak pantas menerima semua kemurahan-Mu itu.

Aku ingin menjadi sosok yang Kau cintai, namun itu tak mudah. Aku tak tahu apakah suatu saat aku akan kalah. Yang kutahu, aku belum mau menyerah, meski sedang sangat lemah. Maafkan aku yang masih kurang sabar dan selalu cepat lelah...

Rasanya aneh menulis ini untuk-Mu, karena rasanya seperti melapor pada seluruh dunia. Padahal, percakapan kita berdua harusnya rahasia...

Dari: Umatmu yang Masih Belajar dan Penuh Dosa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar