Dear "Kamu",
Hai, sayangku. Sepertinya hari ini aku harus segera menyelesaikan surat ini sebelum kesibukan berikutnya kembali nyaris membuatku lupa. Hehe, biasa.
Oke, aku tahu kemarin-kemarin aku sudah berjanji akan memberikanmu daftar perempuan yang harus kau yakinkan bila ingin bersamaku. Yah, inilah mereka:
Mama. Aku tahu, selama ini Mama yang selalu diam-diam paling mengkhawatirkanku, terutama soal jodoh. Beliau sudah melihat aku terlalu sering dikecewakan laki-laki hingga akhirnya muak dan apatis. Semua lelaki yang pernah kucintai dulu akhirnya selalu pergi. Mungkin itulah yang pada akhirnya membuatku agak takut untuk jatuh cinta lagi, meski Mama sebenarnya tidak mau aku jadi begitu. Kamu tahu sendiri 'kan, masyarakat bisa sekejam apa bila menghakimi seorang perempuan? Apalagi bila perempuan itu salah menjatuhkan pilihan pada lelaki sebagai pendamping hidupnya.
Berjanjilah, kamu tidak akan menyakiti Mama. Aku bisa saja langsung memutuskanmu bila kamu berbuat begitu. Aku percaya bahwa yang namanya anak durhaka itu tidak hanya kepada orang tua kandung, namun juga mertua. Jangan, ya?
Kakakku. Yah, bisa dibilang kakakku lebih banyak mengenal laki-laki dibanding aku yang lebih banyak menyendiri. Jujur, dulu dia sempat membuatku iri setengah-mati. Dulu aku benci sekali dengan mereka yang hobi membanding-bandingkanku dengan kakakku, mentang-mentang menurut mereka dia lebih langsing dan (dianggap) lebih cantik. Kuharap sih, kamu tidak akan sedangkal itu menilai kecantikan.
Yani. Dia sahabatku yang baru menikah bulan lalu. Saat ini dia tengah menantikan kelahiran anak pertamanya. Mengapa dia? Yani sudah seperti saudariku yang lain. Dia akan jujur denganku bila misalnya dia merasa ada yang 'aneh' denganmu, namun takkan mencampuri urusan pribadiku. Dia percaya bahwa aku bisa memutuskan yang terbaik untukku.
Sue. Masih ingat kekasih Cliff yang kuceritakan di beberapa suratku sebelumnya? Aku membutuhkan mata tajamnya untuk mengamatimu, kalau-kalau saja ada yang terlewat olehku gara-gara jatuh cinta. Mungkin aku terdengar sangat paranoid, tapi aku tidak mau lagi-lagi kecewa. Bahkan, bila menurutmu aku tidak cukup baik, jangan buang-buang waktuku. Pergi sajalah, seperti mereka sebelumnya. Jangan berani-beraninya memberiku harapan palsu bila pada akhirnya kamu sama saja, pergi sesukamu.
Hmm, siapa lagi, ya? Kurasa segini dulu. Yang pasti, masih banyak teman-teman baik dan para anggota keluarga perempuan lainnya yang pastinya juga akan mengamatimu bila nanti kita bertemu dan kuajak kau bertamu.
Sampai nanti dan selamat berakhir pekan, pangeran di dalam mimpiku - dimana pun kau berada saat ini.
Nona Separuh Skeptis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar