Dear "Kamu",
Oke, sepertinya lama-lama aku menjadi semakin mengkhawatirkan saja. Tahu tidak? Semalam aku iseng re-posting meme dari kakakku. Bunyinya seperti ini:
"Sometimes we create our own heartbreaks through expectations." (Kadang kita patah hati gara-gara terlalu berharap.)
Lalu, kutambahkan dengan tagline-ku sendiri:
"Want to know why that girl you may perceive as 'hyper-vigilant' and 'paranoid' doesn't let any guy get too close to her, no matter how much she likes him? This is the mistake she's so afraid to make." (Mau tahu kenapa cewek yang mungkin kamu tuduh 'terlalu was-was' dan 'parno' itu tidak membiarkan cowok mana pun terlalu dekat dengannya, meski si cewek sebenarnya suka sama cowok itu? Dia takut membuat kesalahan itu.)
Oke, mungkin ini terdengar seperti pengakuan terselubung, tapi...bukan Nona Separuh Skeptis namanya bila aku tidak sampai begini. Entah kenapa, akhir-akhir ini aku begitu terpengaruh dengan tontonan serial TV Amerika yang 'numpang lewat' (karena aku sambil melakukan hal-hal lain, seperti membaca dan menulis) dan adegannya selalu pas di pembahasan ini:
Ada dua jenis orang yang jatuh cinta. Jenis pertama, yang mudah jatuh cinta. Bila putus atau ditolak, patah hatinya tidak lama. Istilah lainnya, cepat move on. Habis itu langsung memulai lagi dengan orang yang baru.
Jeleknya? Tipe yang satu ini cenderung (dianggap) gampangan.
Tipe kedua adalah yang tidak mudah jatuh cinta, namun sekalinya jatuh...dalam sekali. Bila putus atau ditolak, patah hatinya cukup lama. Belum tentu mereka siap langsung memulai dengan orang baru lagi, sebaik apa pun orang itu.
Jeleknya? Tipe ini termasuk yang cenderung jadi bahan tertawaan, dikasihani, hingga diejek - meski juga dipuji-puji karena termasuk setia a la karakter novel sastra zaman baheula. Suka dikatain 'baper' (bawa perasaan) bila suka sama seseorang, namun dibilang 'parno' kalau kelewat hati-hati sebelum menjatuhkan pilihan hati. Kelamaan, kata mereka. Salah-salah sosok yang tadinya tertarik dengan mereka keburu bosan menunggu.
Coba tebak, aku yang mana. Ya, yang nomor dua. Gara-gara inilah aku tidak mudah percaya bila ada lelaki yang tampak tertarik denganku. Mereka harus bekerja ekstra keras untuk membuktikan padaku bahwa mereka tidak hanya sekedar omong-kosong numpang lewat seperti yang sudah-sudah.
Kabar buruk untukmu, sayangku. Bila kamu memang benar-benar mencintaiku, inilah yang harus kamu lakukan: bersabar untukku.
Mau, 'kan?
Dari yang tidak mudah jatuh cinta,
Nona Separuh Skeptis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar